Untuk memulai penangkaran, tentu dibutuhkan sepasang burung nuri abu-abu. Sexing atau cara membedakan jenis kelamin untuk spesies ini memang tidak mudah, karena nuri abu-abu termasuk burung monomorfik: penampilan fisik burung jantan dan betina nyaris sama.
Di sejumlah negara maju, para penangkar cukup membawa burung nuri ini ke dokter hewan atau laboratorium hewan, untuk diperiksa DNA dan bisa diketahui jenis kelaminnya. Di Indonesia, sangat minim fasilitas seperti ini. Untuk tes DNA manusia saja seringkali harus dibawa ke Singapura.
Untuk sementara, Anda bisa menggunakan metode manual berupa tengara warna pada bulu-bulu di bagian sayap dan bulu-bulu ekor sebelah bawah. Panduan sexing ini sengaja dibuat omkicau.com dalam bentuk gambar berikut ini :
1. Perbedaan warna pada bagian sayap
PERBEDAAN JANTAN BETINA DILIHAT DARI BAGIAN SAYAP
2. Perbedaan warna pada bagian bawah ekor
PERBEDAAN JANTAN BETINA DILIHAT DARI WARNA BULU EKOR BAGIAN BAWAH.
Di habitat aslinya, burung nuri abu-abu jantan maupun betina mulai mencari jodoh dan berkembang biak sekitar umur 7 – 8 tahun. Bisa dikatakan, nuri abu-abu termasuk burung dengan umur dewasa kelamin (UDK) paling lambat. Tetapi dalam kandang penangkaran, UDK bisa dipercepat menjadi sekitar 5 tahun. Kok bisa?
UDK sangat dipengaruhi faktor nutrisi, terutama protein. Dalam berbagai penelitian mengenai unggas, individu yang diberi pakan berprotein tinggi akan mengalami matang kelamin lebih cepat. Pada manusia, hal ini pun mulai terlihat pada masa sekarang, di mana anak-anak (baik lelaki maupun perempuan) mengalami masa pubertas yang lebih cepat dari generasi terdahulu, karena gizinya juga lebih baik.
Jika Anda memiliki burung nuri abu-abu jantan dan betina sejak anakan, mereka bisa dipasangkan ketika berumur 6 bulan. Ini untuk membiasakan mereka bersosialisasi dengan calon pasangannya. Jika Anda membeli burung jantan dan burung betina yang sudah siap kawin, maka perlu disiapkan dulu kandang penangkarannya.
Kandang penangkaran dan aksesorisnya
Kandang penangkaran yang ideal untuk nuri abu-abu adalah kandang aviary. Ukuran kandang bisa disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki, tetapi diusahakan minimal memiliki panjang 5 meter, lebar 1,5 meter, dan tinggi 2 meter. Ini ukuran yang tidak terlalu sempit, tetapi juga tidak terlalu luas, dan diyakini akan membuat burung merasa lebih nyaman menjalani aktivitasnya, termasuk dalam hal reproduksi atau berkembang biak.
Sediakan beberapa tangkringan atau tenggeran di beberapa sudut kandang, yang memudahkan burung berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Selama berkembang biak, burung nuri sering terlihat menggigit dan mengunyah batang tenggeran. Karena itu, disarankan menggunakan beberapa tenggeran dengan tingkat kekerasan yang berbeda. Misalnya, beberapa tenggeran terbuat dari kayu atau ranting pohon yang tidak keras, dan beberapa lagi terbuat dari kayu atau ranting yang sangat keras agar lebih tahan lama.
Adapun kotak sarang digunakan biasanya berbentuk huruf L, seperti dua model di bawah ini :
MODEL KOTAK SARANG (GLODOK) UNTUK NURI ABU-ABU
—
Disarankan juga menggunakan mangkuk makan dan minumnya yang terbuat dari bahan stainless. Jangan lupa selalu membersihkan tempat makan dan minumnya serta menjaga kebersihan kandang, untuk mencegah penyebaran bibit penyakit yang dapat mempengaruhi proses reproduksi induk jantan dan betina.
Oh ya, kandang aviary bisa dibangun di luar rumah atau bangunan (outdoor), tetapi bisa juga dibangun dalam unit bangunan tersendiri seperti gambar di bawah ini. Yang terpenting ventilasi udara cukup, sehingga sirkulasi udara bisa berjalan dengan lancar.
CONTOH KANDANG AVIARY INDOOR UNTUK NURI ABU-ABU.
Tanda-tanda burung siap bertelur
Selama masa perkawinan, induk jantan dan betina akan menurunkan kedua sayapnya dan mulai berjalan bolak-balik di tenggeran. Burung betina akan mengeluarkan sedikit suara seperti mendengus saat melakukan hal ini. Dalam masa perkawinan, burung betina cenderung memegang kendali. Ia akan meluncur ke samping burung jantan dan menggigit kaki pasangannya untuk mendorong dan menaikkan kakinya. Setelah itu, burung jantan mulai melakukan ritualnya untuk mengawini si betina.
Beberapa tanda dari burung nuri abu-abu yang sudah siap berproduksi / siap bertelur adalah :
- Nafsu makan meningkat daripada biasanya.
- Induk betina mengeluarkan aroma yang bisa tercium dari jarak beberapa meter. Aroma ini bukan berasal dari feces atau kotorannya, melainkan muncul dari tubuh burung betina yang sudah siap bertelur.
- Terlihat beberapa gumpalan bulu-bulu kecil yang berasal dari bulu-bulu halus di sekitar kloaka (vent). Hal ini biasanya dilakukan induk betina dengan sengaja mencabuti bulu-bulu tersebut, untuk memudahkan proses bertelur.
- Sering terdengar suara induk jantan dan betina pada tengah malam, dengan durasi yang cukup lama.
Burung betina biasanya mulai bertelur sekitar 1 bulan setelah proses perkawinan. Setelah telur pertama dikeluarkan, maka telur kedua baru dikeluarkan sekitar 2-3 hari kemudian. Interval peneluran ini jauh berbeda dari ayam maupun burung kicauan yang hanya membutuhkan waktu 25 jam.
Jumlah telur yang dihasilkan sekitar 2 – 4 butir, berwarna putih, dan akan menetas setelah dierami selama 26 – 28 hari. Penetasan tidak serempak, di mana telur yang dikeluarkan pertama akan menetas terlebih dulu. Setelah itu diikuti telur kedua dan seterusnya.
Burung nuri abu-abu termasuk pandai dalam merawat atau mengasuh anak-anaknya. Itu sebabnya, banyak penangkar yang sukses mengembangbiakkan parrot pintar dari Afrika ini. Hanya saja, Anda sebagai penangkar / calon penangkar tetap harus bersikap mendukung proses reproduksi mereka, dengan tidak terlalu sering mengintip induk yang sedang mengerami telurnya.
Pembesaran anakan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, membiarkan mereka diasuh oleh indukan hingga bisa mandiri, atau diambil beberapa hari setelah menetas untuk diloloh menggunakan metodehandfeeding. Metode terakhir ini cukup popular, karena selain membuat burung cepat jinak, nuri yang diloloh sejak kecil juga lebih pintar dan lebih cepat menguasai berbagai kata yang diajarkan.