Banyak keluhan mengenai pasangan induk burung di penangkaran yang tidak juga kunjung bertelur meski sudah akur dan lama dicampur. Jika hal itu menimpa Anda coba saja masalah kesehatannya, baik secara fisik maupun psikologis.
Untuk masalah fisik, selama Anda memberikan ransum pakan cukup dengan gizi yang seimbang dan selalu siap dengan
suplemen untuk memperbaiki alat reproduksi ataupun
suplemen perangsang birahi, itu sudah cukup.
Sedangkan untuk masalah psikologis, ini menyangkut kondisi lingkungan. Untuk burung-burung tertentu, barangkali bisa ditangkar di tempat ramai. Tetapi untuk pasangan lain, bisa jadi harus dibuatkan kandang di tempat sepi. Semua tergantung kebiasaan burung itu sebelum ditangkar, apakah burung rumahan ataukah burung baru tangkapan hutan.
Namun selain masalah kondisi lingkungan di luar kandang, maka kondisi di dalam kandang pun harus diperhatikan. Coba dicek lagi apakah kita sudah cukup memberikan keleluasaan pada burung untuk memilih tempat bersarang.
Artinya, kita jangan hanya memberi satu tempat calon lokasi sarang misalnya dengan kotak papan kayu. Selain membuat kotak, seharusnya kita juga memberi alternatif lokasi lain misalnya kita letakkan ke dalam kandang itu ranting-ranting kayu yang rapat jarak antar-rantingnya sehingga burung tertarik untuk membuat sarang di atasnya.
sarang seperti yang dilakukan di Lintangsongo BF ini."
Intinya, kalau Anda membuat kotak sarang, jangan hanya satu. Berikan 2 atau 3 dengan lokasi dan bahan yang berbeda.
Salah satu contoh pemberian banyak pilihan lokasi kepada burung dalam membuat sangkar, bisa dilihat di penangkaran jalak bali dan cucakrowo Lintang Songo BF milik Mas Samino di Solo. Di kandang penangkarannya, banyak disiapkan lokasi calon sarang. Ada kotak kayu tetapi ada juga disiapkan calon sarang yang terbuat dari kulit kelapa.
Kotak sarang tersebut ada yang dipaku mepet tembok ada yang ditempel di ranting kayu yang disiapkan di dalam kandang, dan ada juga yang sisipkan di antara ranting pepohonan di penyejuk kandang penangkaran.
Diberi kebebasanSelain burung diberi alternatif lokasi sarang, burung juga perlu dibiarkan bebas menyusun sarang dengan cara kita meletakkan bahan-bahan sarang di tempat tertentu dan tidak langsung di lokasi-lokasi calon sarang.
Dalam hal ini kita bisa mencontoh yang dilakukan di penangkaran cucakrowo Selasih BF milik Pak Mekin di Banjar Selasih, Payangan Gianyar Bali.
Selasih BF beberapa kali menemui kasus indukan cucakrowo bertelor tidak di sarang yang sudah ada tetapi dibuang begitu saja di mana-mana. Hal ini salah satunya disebabkan oleh bahan sarang yang tidak disukai atau lokasi sarang yang tidak cocok buat indukan tersebut.
Biasanya cucak rowo menyukai lokasi sarang yang sedikit rendah sekitar 1-1,5 meter dari lantai kandang. Namun ada juga yang menyenangi tempat yang tinggi. Agar indukan cucak rowo tidak ragu-ragu untuk menempati sarang yang sudah ada, sebaiknya selain lokasi sarang yang tepat juga bahan sarang sebaiknya ditempatkan di lokasi lain. "Biarkan indukan mengambil sendiri dan menata di mangkuk sarang," papar Mekin seperti dikutip Agrobis Burung.
Di Selasih BF, bahan sarang dari ijuk diikat memanjang dan digantung di tengah-tengah kandang. Dengan cara ini, indukan akan merasa tertantang untuk mengambil bahan sarang yang tergantung sehingga keinginan kuat untuk berbiak di sarang yang sudah dibuatnya sendiri akan semakin besar.