Sunday, January 20, 2013

Cara kirim burung dengan pesawat udara

Untuk membawa burung dengan pesawaat udara atau memaketkan burung dengan psawat udara, prosedurnya hampir sama. Sama-sama harus mengurus ijin di Dinas Peternakan setempat (yakni Dinas Peternakan sesuai KTP pengirim/pengurus) dan  Bagian Karantina Hewan di bandara pemberangkatan serta harus sama-sama masuk dan tercatat di cargo.
Bedanya, kalau pengiriman melalui paket udara maka nama dan alamat penerima disesuaikan dengan identitas diri (KTP dll) orang yang akan mengambil di gudang cargo  bandara tujuan. Sedangkan kalau membawa burung dengan pesawat maka penerimanya adalah juga pengirimnya yang nantinya juga harus mengambil di gudang cargo dengan menunjukkan identitas diri sesuai dokumen pengiriman.

Tata caranya sebagai berikut:
  1. Pergi ke Dinas Peternakan setempat (sesuai KTP pendaftar), sampaikan niat Anda untuk kirim burung. Nanti di tempat itu Anda akan diminta mengisi formulir yang sudah tersedia, antara lain jenis burung, jumlah dsb… Di sini tidak ada tarif baku pembayaran. Ya sifatnya sukarela. Bisa 10.000 atau 20.000 tergantung kedermawanan Anda hehehe. (Prosesnya sangat simpel dan cepat).
  2. Urusan dengan Dinas Peternakan selesai, Anda berangkat ke Bagian Karantina Hewan di Bandara tempat Anda mau mengirim burung. Di tempat ini Anda akan mendapatkan secarik surat keterangan (surat karantina) dengan biaya per ekor burung tergantung kebijakan kantor setempat. Biasanya sekitar Rp. 3.000 s/d Rp. 5.000 per burung. (Proses  sangat simpel dan cepat).
  3. Setelah urusan selesai, Anda bisa membawa burung dan surat keterangan itu ke Bagian Cargo Bandara untuk pengurusan pengepakan dan sebagainya. Biaya pengiriman dihitung berdasar volume tempat burung yang Anda gunakan.
  4. Untuk pengiriman via jasa paket udara (di cargo) Anda harus siap berkoordinasi dengan penerima burung di Bandara tujuan pengiriman (teman, pembeli dsb) untuk menjemput burung di bandara.
Pada saat di Bagian Cargo, Anda akan mengisikan nama dan alamat penerima barang. Dengan membawa KTP atau identitas lain, si penerima bisa menunjukkan identitas dirinya ketika mau mengambil burung di bandara tujuan.

Dengan demikian, untuk setiap kali pengiriman Anda harus memastikan pesawat apa yang digunakan untuk pengiriman, jam kedatangannya di bandara tujuan dsb-dsb sehingga begitu burung mendarat di Bandara, teman atau pembeli burung sudah ada di sana sehingga burung tidak perlu berlama-lama di gudang cargo (bisa KO bila kelamaan).
Sedangkan jika Anda juga terbang bersama pesawat pembawa burung, maka nanti Anda sendiri yang akan mengambilnya dengan menunjukkan identitas diri sesuai dokumen pengiriman burung.

Tips:
  1. Siapkan burung dengan packing yang kuat tetapi berlubang sehingga burung bisa bernafas dengan leluasa. Usahakan volume wadah burung yang cukup untuk burung tetapi  tidak terlalu besar sehingga bisa menekan biaya.
  2. Siapkan pakan padat misalnya pisang atau kates untuk burung pemakan buah, sayur untuk burung pemakan sayur dan canary seed (misalnya burung kenari), kroto atau jangkrk yang sudah dihilangkan kakinya untuk burung yang nggak doyan buah atau sayuran serta bijian.
  3. Pilih pesawat dengan penerbangan paling awal, sebagai persiapan jika terjadi penundaan pemberangkatan sehingga ada kemungkinan burung tetap terkirim hari itu juga.
  4. Pastikan jalur penerbangan yang Anda gunakan aman dari kemungkinan penundaan penerbangan.
  5. Jika Anda mengirim tanpa menyertai penerbangan pesawat pembawa burung, pastikan penjemput burung langsung menuju ke Gudang Cargo penerimaan barang begitu pesawat mendarat.


 http://omkicau.com/2010/03/20/cara-kirim-atau-bawa-burung-dengan-pesawat-udara/
 
Read more > Cara kirim burung dengan pesawat udara

Murai termasuk hewan dilindungi

murai batuBurung murai batu Mentawai termasuk salah satu burung yang dilindungi di Sumatera Barat dan karenanya tidak boleh diperjual-belikan. Sedikitnya 30 ekor burung murai batu Mentawai itu, belum lama ini disita petugas BKSDA yang bekerja sama dengan kepolisian dari pedagang gelap yang akan membawa burung tersebut ke luar daerah.
Selama ini burung murai batu Mentawai terus diangkut ke luar daerah karena lemahnya pengawasan arus keluar ma­suk kapal dari dan ke Kabu­paten Kepulauan Mentawai, sebuah pulau terluar dari Sumatera Barat. Sekadar ilustrasi. Kalau MB Mentawai, ekor hitam semua (black pearl/black tail)
Minimnya sosialisasi ke­pada masyarakat setempat, memperparah perburuan sat­wa yang dilindungi itu. Masya­rakat lokal bukannya men­cegah, malahan ikut dalam bisnis jual beli burung ter­sebut.
Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Kepuluan Me­n­tawai, Hendri Sapolenggu seperti dikutip Padang Ekspres, mengatakan akan memanggil Dinas Per­hubungan, dan Dinas Kehu­tanan Kabupaten Mentawai untuk menekan penjualan satwa itu.
Dua dinas itu bertanggung jawab terhadap banyaknya kasus penyelundupan satwa yang dilindungi dari Men­tawai. “Harusnya bisa dian­ti­sipasi jauh-jauh hari. Tapi ka­rena lemahnya dua instansi itu, orang leluasa melakukan aksinya. Tidak hanya dua dinas ini, kita juga akan mengudang Polres Mentawai mem­bi­ca­rakan langkah antisipasi ter­kait kasus ini,” tegasnya.
Sekretaris Komisi A DPRD Mentawai ini menegaskan, jika pencurian satwa tidak segera diantisipasi, burung murai batu dan beo Mentawai akan punah. Bisnis ilegal itu terus berlanjut karena masyarakat mendukung. Mereka men­dapat keuntungan dari pen­jualan berbagai jenis burung itu.
“Hal itu terjadi karena mereka tidak tahu. Karena itu perlu sosialisasi. Kita juga menyangkan adanya oknum berseragam yang malah ikut-ikutan dalam bisnis itu,” ujar­nya tanpa merinci siap oknum berseragam itu.

Pengawasan diperketat
Kapolres Mentawai, AKBP Cucuk Trihono mengatakan, pihaknya siap membicarakan hal itu dengan DPRD. Untuk antisipasi, jajaran kepolisian Mentawai akan memperketat pengawasan. “Kami akan me­ning­katkan peran polsek. Ka­mi juga berharap pemerintah melakukan sosialisasi pada masyarakat, supaya kasus ini tidak terus berulang,” ujarnya.
Bukti lemahnya penga­wa­san dari dinas terkait di Men­tawai, pada Rabu 4 Juli 2012, jajaran Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) meng­ga­galkan penyelundupan ratusan burung murai batu yang di­bawa oknum berseragam dari Mentawai melalui kapal da­gang Sumber Rezeki di Pelabuhan Muaro Padang.
Hutan Taman Raya Bung Hatta
Hutan Taman Raya Bung Hatta – ke taman inilah burung-burung sitaan akan dilepaskan

Penggerebekan Kapal Sum­ber Rezeki, yang baru merapat di pelabuhan Muaro Padang sekitar pukul 07.00, sedikit aneh. Saat jajaran BK­SDA menggerebek tempat tersebut, tidak menemukan adanya burung murai dalam kapal. Setelah petugas BKSDA keluar dari kapal, beberapa anggota polisi yang ikut mela­kukan pemeriksaan me­ne­mu­kan dua kotak berisikan bu­rung jenis murai batu se­ba­nyak 30 ekor.


http://omkicau.com/2012/07/05/termasuk-hewan-dilindungi-30-burung-murai-batu-mentawai-disita/
Read more > Murai termasuk hewan dilindungi

Murai Batu Butuh Adaptasi


Makin banyaknya jumlah murai batu hasil penangkaran tak menurunkan popularitas murai batu tangkapan dari hutan. Justru murai batu asli dari hutan terus menjadi buruan di pasar-pasar burung.

Hal ini tidak lepas dari anggapan bahwa murai batu tangkapan dari hutan lebih memiliki sifat petarung dibandingkan hasil penangkaran. Padahal anggapan ini tidak sepenuhnya terbukti. Bahkan kalau dipegang oleh orang yang tidak pandai menangani, murai asal hutan bisa salah urus. Masalah seperti ini sering muncul pada murai batu muda hutan yang baru didatangkan dari distributor.

“Dulu induk murai saya beri voer dan enggak pernah berproduksi. Baru setelah saya ganti full ulat, cacing dan jangkrik, murai itu bisa berproduksi,” kata seorang pe­nang­kar murai batu asal Klaten, Misbun Winasis, pekan lalu.

Si penangkar memang mengandalkan beberapa ekor murai batu tangkapan hutan sebagai induk. Dari pengalaman itulah dia tahu bahwa murai batu yang baru saja datang dari tangkapan tidak selalu cocok dengan makanan sejenis voer.

Prinsip serupa juga berlaku bagi murai batu muda hutan yang baru saja didatangkan. Layaknya makhluk hidup lainnya, murai muda hutan juga butuh waktu beradaptasi, mulai dari habitat baru hingga makanan baru. Karena itu jika tidak diberi waktu beradaptasi, murai muda hutan bisa jadi stres, enggan makan, enggan berkicau dan bisa berakhir dengan kematian.
“Untuk murai muda, jangan langsung diberikan jangkrik. Jangkrik tidak bagus karena agak susah dicerna oleh burung baru,” kata Wawan, perawat burung yang selama ini bertugas merawat Natalia, murai batu asal Kampung Sewu yang beberapa tahun terakhir langganan juara.
Menurut Wawan, murai batu muda hutan butuh waktu untuk beradaptasi dengan makanan ”keras” seperti jangkrik. Setidaknya selama satu pekan pertama, murai muda cukup diberi kroto dan sedikit ulat balap. Kedua suplemen ini bisa sering-sering diberikan dan biasanya murai batu sangat menyukainya. Jika diperlukan, pemilik juga bisa memberinya voer. Namun pakan yang paling utama diberikan adalah kroto dan ulat.
“Baru setelah satu pekan murai bisa diberi jangkrik. Jika sudah cocok, banyak jangkrik juga tidak apa-apa, bisa saja diberi 15-20 ekor sehari,” terang Wawan, Jumat (10/8).
Mandi Rutin
Prinsip kedua dalam merawat burung dari hutan adalah adaptasi lingkungan. Di alam, murai batu memang tidak mengenal ritual mandi rutin seperti halnya di tangan pehobi. Menurut Wawan, murai batu muda yang baru datang tidak boleh langsung digarap seperti burung peliharaan lainnya. “Intinya enggak boleh dimandikan dulu.”
Selain tidak boleh langsung dimandikan, murai batu muda lebih banyak ditempatkan dalam sangkar berkerudung. Bahkan dalam kondisi ini burung bisa full dikerudungi. Agar aliran udara masih lancar, kerudungnya tidak perlu tebal, tapi cukup yang tipis.
Karena burung sedang dalam tahap adaptasi, penempatan sangkar pun perlu diperhatikan mengingat burung masih takut jika bertemu dengan manusia. Pada masa ini, sangkar burung perlu ditempatkan lebih tinggi dari pada manusia. Setelah tidak banyak bereaksi terhadap manusia, baru ketinggian sangkar bisa diturunkan.
Prinsip ketiga, burung asal hutan memiliki sifat yang galak atau ganas. Biasanya dia menganggap manusia atau makhluk lain sebagai ancaman. Sifat ini sebenarnya alami dan hanya butuh waktu untuk beradaptasi. Jika sudah beradaptasi, murai batu muda bisa lebih jinak.


http://www.koran-o.com/2012/klangenan/murai-batu-butuh-adaptasi-26996
Read more > Murai Batu Butuh Adaptasi
 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo