Jakarta (ANTARA News) - Kicauan burung dalam beragam irama ramai bersahutan di gang-gang sempit di pasar burung Pramuka, Jakarta.
Pasar yang terletak di pinggir Jalan Pramuka, Jakarta, ini sepertinya masih menjadi surganya para penikmat burung, karena berbagai jenis burung bisa ditemui di pasar itu. Mulai dari burung lokal hingga impor ada di situ, dan harganya dari ratusan ribu sampai yang jutaan rupiah.
Di kiri kanan terlihat burung-burung berbagai jenis, dipajang untuk menarik minat para pembeli. Mulai dari Kenari, Jalak, Cucak Jenggot, Anis Merah, Kacer sampai Murai Batu, semuanya ada.
"Namun, di sini primadonanya Murai Medan," kata Aldo Renaldo, salah seorang pedangang di lantai 3 pasar burung.
Aldo mengaku bisa menjual Murai Medan dengan harga Rp2.250.000,00. Menurutnya, burung yang ukurannya hanya segenggam tangan orang dewasa itu berharga mahal, karena punya suara indah.
Pedagang lainnya, Busono, mengatakan sudah bisa menjual 50 ekor Murai Medan dalam sehari. Padahal, burung tersebut baru sampai di tokonya kemarin.
Menurut Busono, Murai Medan merupakan yang paling mahal dan paling diminati dibandingkan dengan burung lain dalam jenisnya, seperti Murai Lampung, Jambi, dan Kalimantan.
"Murai Medan, bunyinya lebih merdu, lebih keras," kata pedagang yang telah berjualan di Pasar Pramuka lebih dari 20 tahun tersebut.
Burung yang bulunya berwarna dominan hitam, dan berdada oranye itu, memang banyak diburu oleh pembeli.
Suara Murai yang merdu juga sering dikompetisikan, dan hal itu pula yang menjadi salah satu faktor mendongkrak penjualan.
Pada April kemarin misalnya, digelar Presiden Cup 2 di Jakarta. Dan pada ajang itu, Murai Batu merupakan burung yang memiliki kelas kompetisi terbanyak.
Penghilang stres
Selain untuk dikompetisikan, burung juga bisa dipelihara untuk menghilangkan stres. Setidaknya itu pengakuan Gio, 40 tahun.
"Kalau ada burung di rumah, suaranya itu bikin nyaman, tenang," kata pengusaha yang sengaja datang ke Pasar Pramuka dari rumahnya di Solo, Jawa Tengah.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Priyatmoko, 52 tahun. Dia mengatakan sudah memelihara burung sejak masih anak-anak.
"Di rumah dengerin suaranya, buat ngilangin stres," katanya.
Ketika ditemui Antaranews di Pasar Pramuka, Priyatmoko sedang mencari-cari burung bersama anaknya Renaldi Wijayanto (16).
Karena pengaruh ayahnya, siswa kelas 1 SMA itu mengaku telah memiliki lebih dari delapan jenis burung dirumahnya, seperti Jalak Suren, Kenari, Pentet, Murai Batu, dan Parkit.
Untuk burung impor, para pembeli di Pasar Pramuka paling menyukai Love Bird. Burung ini hanya sebesar tiga jari orang dewasa, namun harganya bisa sampai jutaan rupiah.
"Kalau Love Bird mata merah, harganya lima juta", kata Sumadi, pedangang khusus burung impor.
Sumadi mengatakan, Love Bird yang dijual di kiosnya berasal dari Taiwan. Dalam satu hari, burung itu bisa terjual 25 pasang. Para pembeli biasanya tertarik dengan warnanya yang cantik, ada yang berbulu biru, hijau, dan putih.
Selain Love Bird, dijual juga burung impor lainnya yang berasal dari Belanda, Pakistan, sampai yang berasal dari benua Afrika.
http://www.antaranews.com/berita/314320/pasar-pramuka-surganya-penikmat-burung
Read more > Pasar Pramuka - Jakarta, surganya penikmat burung