Sunday, January 27, 2013

Sekilas tentang habitat murai




Murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran Burung Muray batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namum juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif. Serta penampilan fisiknya yang indah. Ciri umum semua jenis murai batu adalah ekornya yang panjangnya melebihi ukuran badannya. Kepala, leher, dada bagian atas, dan paruhnya berwarna hitam berkilau. Badan bagian bawah berwarna cokelat kemerahan.

Murai batu yang banyak dikenal selama ini merupakan jenis burung yang termasuk suku burung "cerdas". Hampir semua jenis yang ada dalam suku tersebut, Turdidae, merupakan burung peniru dan penyanyi terbaik dalam komunitas burung kicauan. Suku burung ini cukup banyak jenisnya dan tersebar luas di dunia. Jenis-jenis yang ada termasuk dalam banyak kelompok burung, seperti cingcoang, kucica, meninting, tiung, dan anis. Berbagai jenis burung yang ada dalam suku Turdidae tersebut umumnya mempunyai pola penampilan warna yang beragam dan menarik. Ukuran tubuhnya rata-rata sedang, kepala bulat, kaki agak panjang, paruh runcing dan ramping, dan sayapnya lebar. Secara umum kelompok burung ini suka memakan serangga atau invertebrata lainnya dan buah-buahan. Dalam mencari makanan, secara umum jenis burung ini suka mencari makan di permukaan tanah dengan terbang rendah. Karena kehidupannya banyak dihabiskan di permukaan tanah, kelompok burung ini menjadi suka membuat sarang di semak atau pepohonan yang tidak terlalu tinggi.

Ciri-ciri fisik : Murai Batu (White Rumped Shama) merupakan salah satu burung berkicau yang cukup terkenal karena kemerduan suaranya. Ukuran tubuhnya sedang, kira-kira 27 cm dan berat sekitar 32 gram. Paruh berwarna hitam tipis dan ukuran kepalanya rata-rata bulat (walau ada beberapa yang berbentuk agak ceper & sedikit lebih tebal). Panjang ekor 15 - 35 cm (tergantung spesiesnya). Terdiri dari 4 helai ekor primer berwarna hitam dan 8 helai ekor sekunder berwarna putih (ada spesies tertentu berwarna hitam semua). Total jumlah ekor ada 12 helai. Individu jantan berwarna hitam pekat berkilau indigo dengan warna dada pada umunya berwarna oranye (ada beberapa berwarna merah marun) sedang individu betina warnanya sedikit lebih pucat dari warna bulu jantan. Bagian pantat dibawah ekor berwarna putih. Ukuran tubuh individu betina sedikit lebih kecil dari individu jantan.
  1. Habitat: Murai Batu biasanya hidup di hutan belantara yang lebat dan dataran rendah sampai 1500 m berpohon rapat. 
  2. Makanan di alam:invertebrata kecil dan serangga. Pada umumnya mereka makan serangga seperti belalang, jangkrik, ulet, cacing, ikan-ikan kecil, dan buah jenis tertentu. 
  3. Reproduksi:Inkubasi selama 12 – 15 hari. Individu jantan pada umumnya lebih agresif. Setiap hari bertelur sebanyak 1 butir. Jumlah telur dapat mencapai 6 butir. Warna telur putih dengan bintik coklat kemerahan. Pada saat menetas, anak burung (piyik) belum dapat membuka mata. Baru kira-kira setelah 6 hari mata sudah dapat terbuka. Bulu-bulu mereka berkembang dalam waktu 11 hari. 
  4. Status konservasi:Masih kurang diperhatikan walaupun populasinya diperkirakan sudah berkurang. Seiring dengan kurangnya hutan belantara yang menyangga habitat mereka. 
  5. Usia: Murai batu dapat mencapai usia 10-15 tahun. 
  6. Wilayah penyebaran: Philipina, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar, Cina dan India.
Read more > Sekilas tentang habitat murai

Memilih Indukan murai yang baik


Yang perlu anda perhatikan dalam pemilihan ini adalah:
  • Mata: Hindari membeli murai batu yang pada matanya sudah kelihatan tanda adanya katarak, yaitu selaput berwarna putih pada bola mata. Jika murai batu sudah katarak, resiko murai batu tersebut menjadi buta sangat tinggi sekali.
  • Ekor: Cari murai batu yang memiliki ekor rapat dan tidak terlalu tebal. Ekor yang seperti ini selain enak dipandang, juga akan membuat murai batu memainkan ekornya pada saat ditrek. Hindari juga membeli murai batu yang tidak punya ekor, karena kita tidak bakalan tahu bagaimana bentuk dan jenis ekor dari murai batu tersebut, jika ekornya sudah tumbuh kembali.
  • Bulu Dada:Kebanyakan murai batu memiliki bulu dada berwarna coklat, Tapi jika Anda mendapatkan murai batu dengan bulu dada cenderung berwarna kekuningan, maka itu rezeki Anda. Murai batu bakalan dengan warna bulu dada seperti ini, biasanya cepat berbunyi dan cepat juga jadi.
  • Usia: Jangan pernah menilai usia murai batu hanya berdasarkan pengamatan pada kaki, ini bisa menipu calon pembeli. Murai batu bakalan muda mempunyai tanda bulu yang masih berbintik cokelat di bagian sayap sebelah luar maupun sayap sebelah dalam.
  • Perilaku: Jika ada murai batu bakalan yang pada saat kita pegang dia menjerit kencang dan berusaha mematuk-matuk jari tangan, inilah murai batu dengan mental berani.
  • Bentuk paruh:Sebaiknya pilih bentuk paruh yang berpangkal lebar, tebal, besar dan panjang. Paruh bagian bawah harus lurus. Jangan memilih bahan yang memiliki paruh bengkok. Posisi lubang hidung pilih sedekat mungkin dengan posisi mata.
  • Bentuk kepala:Pilih yang berbentuk kotak, mata bulat besar dan melotot. Ini menandakan burung ini mempunyai mental tempur yang baik.
  • Postur badan:Pilihlah bahan yang berpostur sedang dengan panjang leher, badan dan ekor serta kaki yang serasi. Jangan memilih bahan yang berleher dan berbadan pendek.
  • Sayap mengepit rapat dan kaki mencengkram kuat, ini menandakan bahan tersebut sehat. Warna kaki tidak berpengaruh terhadap mental burung.
  • Lincah dan bernafsu makan besar. Ini merupakan ciri-ciri bahan yang bermental baik.
  • Panjang ekor yang serasi dengan postur badan. Pilihlah bentuk ekor yang sedikit lentur.
  • Leher panjang padat berisi. Menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal
Read more > Memilih Indukan murai yang baik

Tahapan sederhana penangkaran murai batu

Seputar Penangkaran

Jika kita amati, belakangan ini semakin banyak orang mencoba untuk menangkarkan murai batu, ada sebagian orang yang berhasil namun sebagian lagi gagal, dari beberapa pengalaman dari rekan yg sudah jauh lebih berpengalaman beternak murai batu serta beberapa literature yang saya baca, kunci keberhasilannya adalah pemahaman dalam seluk beluk penangkaran murai batu dan yang tak kalah penting adalah ketekunan & kesabaran.
ada beberapa tahapan dalam penangkaran murai batu, berikut langkah langkahnya :

TAHAP I (PERSIAPAN)
Indukan
Pemilihan indukan sangatlah mutlak dalam beternak murai batu agar usaha penangkaran tidak sia sia,
Pejantan, harus berusia minimal 1,5 tahun dan Betina minimal 9 bulan
Pejantan yg dipilih hendaknya memiliki katuranggan yang baik dengan harapan menghasilkan keturunan yang baik pula, untuk betina akan lebih baik jika dipilih yg sudah birahi, terlihat dari perilakunya rajin berkicau memanggil pejantan.

Ciri cirinya :
Pejantan 
1. Kepala, leher hingga punggung berwarna hitam pekat bahkan kebiruan jika terkena sinar, warna coklat yg tegas di bulu dada
2. Variasi suara relatif banyak dan keras

BIMA                                      MURAINO


Betina :

1. Kepala, leher hingga punggung berwarna hitam keabu abuan (pudar), warna coklat pudar, semu putih warna bulu dada

2. Variasi suara sedikit dan kurang keras

Kandang  Penangkaran
kandang penangkaran yang saya pergunakan berukuran minimalis, hanya berukuran P x L x T = 150cm x 55cm x 100cm dengan dibuat sekat ditengahnya. Kandang ini berfungsi sebagai kandang penjodohan sekaligus kandang ternak (proses perkawinan, bertelur & penetasan) saya menyebutnya KANDANG 

MULTI FUNGSI
 Tampak Muka

 Tampak samping
pada gambar terlihat adanya
a.  2 pintu besar di bagian depan yang berfungsi sebagai pintu keluar masuk tempat makan, tempat mandi, dan tempat pasir, ukuran pintu ini 30cm x 20cm
b.  2 pintu kecil dibagian depan, pojok kiri atas & pojok kanan atas yg berfungsi untuk mengontrol sarang bertelur, tergantung kita apakah menggunakan 1 sarang atau 2 sarang
c.  pintu kecil dibagian kanan & kiri kandang yang berfungsi sebagai jalan keluar/masuk burung.

Sarang Bertelur/Glodok/Gowok
sarang bertelur /glodok berukuran 20cm x 15cm x 10cm namun ukuran ini tidaklah baku dapat dibuat dalam berbagai ukuran yang disesuaikan dengan kandang dan selera. Bahan sarang dapat digunakan daun cemara/pinus, sabut kelapa atau serat nanas. untuk baian dalam glodok dapat pula ditambahkan kotak besek/tempat kroto

          
TAHAP II (PENJODOHAN)
Beberapa cara penjodohan:
1. Menggunakan kandang harian dengan cara kandang pejantan dan kandang betina diletakkan berhimpitan , akan lebih baik jika satu pejantan di dekatkan dengan lebih dari satu betina agar pejantan dapat dengan leluasa memilih pasangannya
2.menggunakan kandang ternak sebagai kandang multi fungsi dengan cara disekat diantara pejantan & betina, jika sudah terlihat berjodoh sekat tersebut dilepaskan (Saya menggunakan metode ini)
Ciri sudah berjodoh dapat kita amati pada malam hari jika keduanya idukan saling berdekatan dan terlihat rukun tanpa saling menyerang yang menyebabkan salah satu luka bahkan mati) maka sudah dapat dikatakan keduannya sudah jodoh.
Jika sudah jodoh maka keduanya dapat disatukan dalam kandang ternak atau dilepas sekat penghalang(jika penjodohan didalam kandang multi fungsi)
TAHAP III (PAKAN INDUKAN)
Untuk memicu birahi indukan, saya biasanya menggunakan jangkrik, Cacing Tanah dan sedikit kroto & Ulat Hongkong
selama proses produksi semua indukan saya berikan pakan segar tanpa diberikan pakan buatan (voer) dengan tujuan agar indukan dalam proses produksi tetap terlihat sehat & aktif. berikan jangrik dalam jumlah cukup banyak, UH 50 ekor, 1-2 sendok kroto setiap pagi

TAHAP IV (PRODUKSI)
Setelah pasangan indukan terlihat berjodoh, maka beberapa hari kemudian akan terlihat betina akan sibuk membawa daun cemara atau yang lainnya masuk kesarang dan menata sarang tersebut unuk bertelur.
1.Telur
Jika sarang telah selesai dibuat maka sang betina akan segera bertelur, rata telur Murai 3-4 telur, bergantung dari produktivitas betina karena hingga saatini belum ada rumusan tentang cara mendongkrak jumlah telur untuk sekali proses produksi (bergantung pada Indukan betina)
2. Pengeraman

Telur akan dierami indukan selama 14 hari, jika terlihat betina sudah masuk ke glodok untuk mengerami telur, biasanya pejantan akan saya tarik/keluarkan sehingga hanya betina yang tertinggal untuk mengurus telur hingga anakan murai.

3.Piyik

Setelah selama 14 hari telur dierami maka telur akan menetas dan piyik piyik murai akan keluar dari cangkang telur, tugas indukan betina untuk meloloh anakanpun dimulai

4.Trotol

Biasanya setelah selama kurun waktu 10 hari berada didalam sarang, maka piying tersebut akan keluar dari sarang (muar) untuk belajar terbang.


Masa rawan anakan murai terjadi sejak piyik menetas hingga berusia kurang lebih 20 hari, karena pada usia 20 hari anakan sudah belajar makan sendiri.
Read more > Tahapan sederhana penangkaran murai batu
 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo