Foto mirip Gayus Halomoan Tambunan, terdakwa kasus penggelapan pajak, masih terus menjadi polemik. Belum ada yang memastikan apakah foto tersebut Gayus atau bukan. Gayus sendiri bersikukuh bahwa yang ada di dalam foto yang diambil fotografer Kompas, Agus Susanto, itu bukan dia.
Padahal, untuk menentukan foto tersebut Gayus atau bukan sebenarnya bukan hal yang sulit. Hanya dengan software komparasi yang membandingkan pola muka seseorang dapat ditentukan apakah sosok dalam foto tersebut Gayus atau bukan. Hal tersebut dikatakan pakar digital forensik Ruby Alamsyah saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/11/2010) sore.
"Menurut saya, tidak sulit menentukan Gayus atau bukan dalam foto tersebut. Apalagi, foto diambil oleh fotografer menggunakan kamera profesional yang kualitasnya tinggi. Saya lihat ada juga foto Gayus tidak pakai kacamata," ujar Ruby. Untuk menentukannya, hanya perlu dilakukan teknik komparasi.
Ia mengatakan, sejumlah media saat ini sudah banyak membandingkan foto jepretan Agus Susanto dan foto Gayus yang telah diketahui. Hanya saja, perbandingan yang dilakukan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum karena foto yang dibandingkan bukan aslinya dan sudah mengalami perubahan resolusi.
"Ada software khusus. Tidak dijual bebas. Harganya mahal. Memang khusus untuk digital forensik," katanya. Ia menjelaskan, software tersebut menggunakan algoritma yang akan mengkalkulasi pola muka dua foto berbeda. Salah satunya foto yang sudah diketahui (known source) dan foto yang belum diketahui (unknown source). Pada dasarnya, teknik yang digunakan sama dengan komparasi audio atau video.
Ruby menjelaskan, software tersebut akan memeriksa bentuk mata, hidung, dan bagian-bagian menonjol lainnya di titik-titik tertentu secara mendetail. Bahkan, menurut Ruby, wajah seseorang yang telah dioperasi plastik tetap dapat dideteksi oleh software semacam ini dengan teknik komparasi yang lebih cermat.
"Kalau tingkat acceptance-nya besar, bisa dipastikan foto tersebut orang yang sama atau bukan. Ilmuwan menentukan di atas 50 persen, 90 persen, tergantung mazhab yang digunakan," kata Ruby. Menurutnya, hasil komparasi seperti ini bisa dipakai sebagai alat bukti penyidikan dan di pengadilan karena telah diterima hukum di Indonesia.
Namun, saat ditanya apakah dalam foto tersebut Gayus atau bukan, Ruby enggan berkomentar. Ia mengaku belum menerima sumber asli foto yang harus dibandingkan dan hanya akan memublikasikan hasilnya jika diminta pihak berwenang karena hal tersebut sudah masuk ke ranah hukum.