Anis merah (AM) macet banyak penyebabnya. Bisa jadi karena sakit (termasuk masa ngurak-mabung) dan tidak birahi. Semua burung kicauan pada dasarnya bisa bunyi, hanya saja untuk betina, tidak seperti bunyi jantannya, agak sepi, meski untuk burung-burung tertentu (misalnya cucakrowo, lovebird dsb) ada yang lebih bagus betinanya dalam berkicau.
Oke, kalau Anda sudah pasti dan yakin anis merah Anda bebas dari kekurangan nutrisi dan juga bebas parasit (tungau, kutu dsb), maka cobalah beri extra fooding berupa buah sawo atau salak yang benar-benar matang atau malah cenderung sudah gembur tetapi tidak busuk. Sawo atau salak yang demikian bisa diberikan sebagai menu tambahan harian selama masa treatmen. Selain itu anis merah juga diembun-embunkan. Pagi-pagi sekali, saat embun masih turun, keluarkan anis merah Anda.
Tambahan catatan, anis merah (juga anis kembang) juga suka ngangkat suara kalau ada suara rangsangan lain. Coba untuk anis merah macet, sering-sering distelkan kaset suara burung isian seperti LB, ciblek, cucak jenggot atau cililin. Untuk membuat dia lebih berani bunyi, gantungkan di tempat dekat orang lalu lalang, misalnya dekat pintu dapur, atau dekat dengan suara gemercik air.
Pengaruh sangkar, warna dan bau
Perlu pula diperhatikan bahwa strukutur, bahan, cat dan sebagainya dari komponen sangkar sangat berpengaruh pada anis merah. Ada anis merah yang tidak mau bunyi atau bunyi tidak maksimal di sangkar kotak, maunya di sangkar bulat dan sebaliknya. Ada yang tidak mau dengan tangkringan berdiameter besar, harus kecil atau sebaliknya.
Tanpa berbicara sisi mistik, percaya tidak percaya, burung anis merah yang lahir dan menetas di kawasan hutan yang ada kayu cendana-nya, akan mudah sekali bunyi dan teler jika di dasar sangkar kita beri cuilan kayu cendana. Secara logika asal-asalan, hal ini mungkin disebabkan bau kayu cendana membangkitkan memori anis merah akan daerah asalnya.
Selain kayu cendana, juga harumnya bunga kopi, ternyata bisa membuat burung anis merah mudah bunyi atau teler, khususnya anis merah dari tlatah Bali. Kemungkinan juga hal ini disebabkan rata-rata anis merah Bali berhabitat pepohonan kopi. Apakah demikian hubungannya ataukah tidak, wallahu’alam.
Singkat kata pengaruh sangkar dan segala yang melekat padanya mempunyai pengaruh pada gampang-tidaknya burung bunyi.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah benda-benda lain yang ada di sekitar burung. Ada burung tertentu yang kelabakan bila didekatkan dengan benda berwarna merah, topi atau payung. Kalau burung kelabakan, kita tentu gampang mendeteksinya. Masalahnya, kalau burung hanya diam karena stres, tentu kita yang kebingungan. Selama benda dengan warna atau bentuk tertentu masih berada di sekitar burung, dipastikan burung tetap stres tidak mau bunyi.
Burung yang membisu karena faktor lingkungan, akan mau bunyi lagi meski bertahap jika lingkungan kita ubah, atau burung berpindah tangn/rumah. Oleh karena itu tidak mengherankan ada burung yang berbulan-bulan membisu, tetapi begitu dibeli orang lain dan berpindah rumah, langsung bunyi bahkan gacor.
Termasuk lingkungan ini adalah burung-burung lain di rumah. Ada burung-burung tertentu yang secara karakter memiliki “perbawa” terhadap burung lain. Saya pernah punya anis kembang yang terlihat biasa saja. Tetapi beberapa kacer milik teman yang dikenal tidak pernah mbagong atau nguda laut, langsung mbagong begitu melihat anis kembang tersebut meski si anis kembang tikda bunyi dan hanya bersiul “shiiittt…”.
Hal itu secara logika memang tidak bisa saya jelaskan. Namun itulah faktanya. Jadi masalah burung macet bunyi atau membisu, banyak penyebabnya yang tidak bisa serta merta bisa kita ketahui. Teliti lagi… teliti lagi, itulah seninya bermain burung…
Anis tidak mau teler
Nah, kalau masalah anis merah tidak teler meski sudah lama ngemplongnya, volume juga tembus, variasi bagus, dan juga sudah didekatkan dengan anis merah teler, maka perlu diketahui bahwa memang ada anis merah tertentu yang “sulit” teler kalau di rumah. Hanya saja tiba-tiba dia bisa langsung “leeerrr” teler begitu ditandingkan dengan banyak anis merah.
Lebih dari itu, sebenarnya ada juga gaya teler anis merah bukan dalam pengertian “teler” yang kita pahami saat ini, yakni menundukkan kepala atau mengoyangkan badan kanan-kiri. Ada anis merah yang meski teler hanya sedikit menggoyang-goyangkan kepala atau juga hanya buka-buka ekor. Untuk membedakan apakah anis merah itu teler atau tidak, coba saja dengarkan lagunya. Kalau awalnya hanya ngeplong-ngeplong dengan jarak antar ngeplongan relatif lama, tetapi menjadi relatif cepat dengan lagu yang lebih variatif, maka sebenarnya anis merah itu dalam kondisi teler.
Ya, perlu ditegaskan lagi, ada anis merah yang memang “tidak bisa teler” kalau pengertian teler adalah bunyi dengan speed rapat sambil mendengklukkan kepala, goyang, buka ekor dan sebagainya. Ini memang anis merah yang “langka”. Kalau anis merah Anda memang demikian, sayang sekali bahwa hal itu bukan terjadi pada pertengahan dekade 90. Sebab pada masa itu, anis merah seperti ini diburu para penghobi dengan harga yang selangit. Sebab, pada masa awal-awal kepopuleran anis merah di pertengahan dekade 90, AM yang gacor tetapi tidak teler-lah yang dianggap sebagai burung bagus. Sedangkan kalau ada anis merah belum-belum sudah teler, maka akan segera terdengar “huuuu” mencemooh.Perubahan gaya teler anis merah
Demikianlah seperti saya sebutkan di atas, bahwa masalah mabung, penyakit, kondisi mental dan lingkungan sangat berpengaruh pada suara kicauan burung. Namun ternyata, dari banyak pengalaman para pemain burung, pengaruh tersebut tidak hanya pada suara (macet-tidak macet, teler-tidak teler), tetapi juga pada perubahan gaya teler.
Seeorang teman ada yang punya anis merah yang telernya bergaya klasik. Namun seusai mabung, anis merah tersebut punya gaya teler ndlosor mbebek, bahkan main buka-tutup ekor.
Sebaliknya, ada yang punya anis merah yang dulunya punya gaya teler gaya bebek, tetapi jadi bergaya klasik seusai mabung. Pada cerita lain, ada anis merah yang telernya klasik biasa saja, tetapi begitu ketemu lawan dia mau main ngotot, teler mengibas kanan-kiri dan bahkan buka-buka ekor. Atau juga sebaliknya, ada yang bergaya habis-habisan kalau sendirian, tetapi malah cuma tampil biasa saja ketika ketemua banyak lawan.
Jadi demikianlah kalau Anda punya anis merah. Jika ada perubahan performa, baik performa suara maupun perilaku (termasuk gaya teler), Anda harus meneliti semua faktor, baik kesehatan, sangkar maupun lingkungan sekitarnya. Artinya, tidak pernah ada jawaban cespleng atas persoalan burung yang bisa diterapkan secara umum dan pasti cespleng juga untuk semuanya.