Wednesday, February 13, 2013

Laron sebagai pakan burung alternatif

Kelangkaan kroto disertai melambungnya harga membuat kerepotan memenuhi kebutuhan burung-burung piaraannya di rumah. Mereka mulai mencari pakan alternatif, tetapi terbentur pada kekhawatiran apakah ini bisa mempengaruhi performa suara burung, bagaimana dampak kesehatannya terhadap burung, dan seterusnya.


LARON MEMANG SENGAJA MENANGGALKAN SAYAP_SAYAPNYA JIKA SUDAH MENEMUKAN PASANGAN KAWIN

LARON MEMANG SENGAJA MENANGGALKAN SAYAP_SAYAPNYA JIKA SUDAH MENEMUKAN PASANGAN KAWIN


Perlu diketahui, hampir semua jenis serangga memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik dan lengkap. Jangankan burung, sebagian nenek moyang kita sejak dulu sudah menjadikan serangga sebagai bahan pangan alternatif. Hal itu sudah dilakukan sebelum mereka mengenal teknik berburu dan bercocok tanam. Saat ini, sudah lebih dari 1.000 jenis serangga yang bisa dimakan manusia di berbagai negara.

Dalam konteks Indonesia, bahan pangan asal serangga juga sudah lama dikenal masyarakat di sejumlah daerah. Sebagian masyarakat di Wonosari (Gunungkidul) dan Cepu (Blora), misalnya, terbiasa membuat lauk-pauk yang berbahan baku utama dari belalang, ulat daun jati, jangkrik tanah, dan laron.
Hasa Yasin (1992) dalam skripsinya juga menyarankan pemanfaatan laron sebagai bahan pangan karena kadar proteinnya cukup besar. Kandungan asam aminonya pun cukup lengkap, mulai treonin, lysin, leusin, serin, valin, alanin, dan sistein. Laron juga mengandung vitamin B.

Bahkan, berdasarkan laporan FAO (2002) ketika menangangi krisis gizi di Afrika, laron merupakan bahan pangan bernutrisi tinggi, yang jauh lebih baik daripada belalang. Kandungan proteinnya mencapai 65%, sedangkan belalang hanya 32%. Kandungan lemaknya hanya 31% (belalang 54%), sehingga wajar kalau FAO menyebut laron sebagai bahan pangan berprotein tinggi dan tidak menyebabkan obesitas.
Adapun asam lemak tak jenuh laron sekitar 57%, sedikit lebih rendah dari  belalang (60%). Asam linoleat dan asa olet pada laron masing-masing tercatat 6,7% dan 48%, sedangkan pada belalang masing-masing 13,4% dan 44%.

Karena itu, sebagai pakan bergizi bagi burung, saya sangat meyakininya. Artinya, ketika laron aman bagi manusia, maka aman pula bagi burung. Di alam bebas, beberapa jenis burung seperti murai batu, kacer, hingga seriti dan walet pun seringkali memangsa laron. Selain burung, laron juga kerap menjadi santapan bagi kadal, cicak, dan kalajengking.

Sebagai pakan alternatif, itu artinya pakan ini dapat digunakan dalam kondisi darurat seperti sekarang ini yang memasuki musim hujan. Setiap musim hujan, ketersediaan / stok kroto di pasaran pasti berkurang, dengan konsekuensi terjadi kenaikan harga.

Pasokan kroto di musim hujan umumnya berasal dari hasil budidaya kroto semut. Sedangkan kroto dari hasil perburuan di alam merosot tajam. Apa penyebabnya, simak kembali artikelnya di sini. Pada sisi lain, laron-laron justru sering muncul di musim hujan, sehingga dapat dijadikan pakan pengganti sementara.
Sekitar April – Mei tahun depan, ketika kita memasuki musim kemarau, produksi kroto hasil perburuan alam akan kembali normal. Sebaliknya, laron-laron mulai jarang terlihat. Laron tetap bisa muncul di musim kemarau, dengan catatan kelembaban udara cukup tinggi. Karena itu, tidak benar jika laron cuma muncul di musim hujan saja.

Asal-mula laron

Selama ini memang banyak salah tafsir mengenai laron. Misalnya, laron hanya memiliki umur pendek, tidak sampai sehari. Begitu muncul dan mendekati sumber cahaya seperti lampu, mereka pasti mati. Buktinya, banyak laron yang jatuh di lantai, terkulai, kemudian mati.

Ada juga yang menyebutkan sayap-sayap laron sangat ringkih. Saat mereka ramai-ramai mengitari sumber cahaya, lalu saling bertabrakan, sayapnya putus dan jatuh berserakan di lantai rumah kita. Maaf, harus saya katakan bahwa sebagian informasi tersebut keliru.

Untuk meluruskannya, saya menggunakan panduan dari website yang memang menekuni bidang ini, yaitu termite.com yang bermarkas di Australia. Sebelumnya, saya pun pernah membaca tulisan Prof Dr Yohannes Surya mengenai laron yang sebenarnya merupakan rayap dalam fase dewasa.

Jadi, laron itu sesungguhnya rayap yang kita kenal sebagai serangga yang sering menggerogoti kerangka rumah dari kayu, atau perabotan dari kayu seperti meja, kursi, lemari, dan sebagainya. Tidak semua rayap hidup di kayu, tapi ada juga yang menggali lubang di tanah, atau menempel pada batang pohon.

SARANG RAYAP DI BATANG POHON
SARANG RAYAP DI SEBUAH BATANG POHON.

KALAJENGKING MEMANGSA RAYAP DI DEKAT SARANGNYA DI DALAM TANAH.
KALAJENGKING MEMANGSA RAYAP DI DEKAT SARANGNYA DI DALAM TANAH.
Nah, rayap itu sendiri merupakah serangga sosial, atau hidup berkoloni sebagaimana semut. Rayap juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan semut, yang juga hidup berkoloni. Karena kekerabatan inilah, rayap dalam literatur internasional disebut sebagai “semut putih” (white ant) karena kemiripan perilakunya.
Rayap terdiri atas empat tipe, yaitu: raja dan ratu rayap, rayap pekerja, rayap prajurit, dan laron. Siklus hidup mereka dimulai dari telur yang dihasilkan ratu rayap. Telur ini akan berkembang menjadi nimfa. Setelah dewasa, sebagian nimfa akan menjadi rayap pekerja, rayap prajurit, dan calon laron. Disebut calon laron, karena sayapnya sudah muncul tetapi belum berkembang,

Ketika sayapnya sudah berkembang sempurna, laron-laron ini akan keluar mendekati cahaya. Sayapnya memang tipis, dan diperlukan hanya untuk mencari pasangan kawin saja. Begitu menemukan pasangan kawin, mereka memang sengaja menjatuhkan diri ke tanah, sambil menanggalkan sayapnya. Jadi tidak benar sayap laron yang jatuh di atas lantai rumah kita akibat mereka bertabrakan.

Begitu sayap-sayap ditanggalkan, mereka akan kawin. Ingat, cahaya lampu bukan hanya di rumah kita saja. Jadi, mereka sempat melakukan kawin karena tidak ada aktivitas manusia yang mengganggunya. Jika kita melihat laron berjatuhan di lantai rumah, biasanya kan langsung disapu dan dibuang. Itu yang membuat laron tidak sempat kawin.

Nah, setelah kawin mereka akan mencari dan membangun sarang, menjadi ratu dan raja rayap, dan membentuk koloni baru. Untuk detailnya, silakan lihat gambar tentang siklus hidup rayap dan laron di bawah ini:
SIKLUS HIDUP LARON
SIKLUS HIDUP LARON

Mengenal tipe rayap dan tugasnya

1. Raja dan Ratu Rayap
ratu-raja-rayapraja-dan-ratu-rayap

Setelah kawin, laron akan menanggalkan sayapnya, karena sudah tidak diperlukan lagi. Jika selamat, termasuk dari tangan manusia, ia akan tumbuh menjadi raja atau ratu rayap, dan menjadi mesin telur yang luar biasa. Dalam sehari, seekor ratu bisa menghasilkan lebih dari 2.000 telur. Raja dan ratu tinggal di tengah-tengah koloninya, dilindungi sejumlah rayap pekerja. Umur ratu dan raja cukup fantastis, bisa mencapai 25 tahun.

2. Rayap Pekerja
RAYAP PEKERJA
RAYAP PEKERJA

Rayap pekerja merupakan bagian terbesar dari koloni rayap. Warnanya krem transparan, bertubuh lembut, dan rajin mengerjakan semua pekerjaan di sarang, termasuk makanan kayu dan selulosa lainnya, membuat terowongan, memperbaiki dan memperluas sarang koloni rayapnya, memberi makan prajurit, raja, dan ratu, sampai merawat nimfa muda hingga dewasa. Ukurannya sekitar 3-4 mm, tidak memiliki sayap, mandul dan buta, bekerja 24 jam sehari selama rentang hidupnya yang mencapai tahunan.

3. Rayap Prajurit
RAYAP PRAJURIT
RAYAP PRAJURIT

Rayap prajurit memiliki kepala besar berwarna oranye, dengan moncong keras dan tajam / runcing untuk menghancurkan musuh-musuh yang dianggap pengganggu, terutama semut. Beberapa spesies rayap bertipe prajurit ini akan mengeluarkan getah putih untuk menjerat musuhnya, mirip dengan laba-laba.
Rayap prajurit inilah yang sebenarnya paling sering kita lihat di rumah, terutama kerangka rumah yang terbuat dari kayu, perabotan seperti meja, kursi, dan lemari dari kayu. Mereka bertugas mencari calon sarang baru, sedangkan tugas selanjutnya diserahkan kepada rayap pekerja, mulai dari membuat lubang, terowongan, dan sebagainya.

4. Laron
laron2
LARON

Laron sering terlihat ketika mereka datang pada malam musim hujan, atau musim kemarau yang lembab, sekitar senja hingga malam hari. Mereka memiliki mata dan sayap super tipis. Sayap ini hanya digunakan untuk terbang mencari pasangan kawin. Begitu menemukan pasangan kawin, mereka langsung jatuh ke lantai, menanggalkan sayapnya, kemudian kawin, untuk menjadi raja dan ratu rayap dan membentuk koloni baru.

Dari seluruh rangkaian cerita ini, saya memiliki beberapa konklusi, sekaligus pertanyaan yang memerlukan bantuan dari sobat kicaumania yang menguasainya:
  • Laron layak dijadikan bahan pakan alternatif untuk burung, karena kandungan proteinnya tinggi, bahkan melebihi belalang, dengan kandungan lemak yang relatif rendah.
  • Meski di alam bebas sejumlah burung memangsa seluruh bagian tubuh laron, saya menyarankan agar sayap-sayap laron yang mau diberikan kepada burung dihilangkan dulu. Persoalannya sederhana saja, saya khawatir ada bagian dari sayap (sekecil apapun) yang nyangkut di tenggorokan, dan mengganggu burung saat mau bersuara.
  • Mengenai takaran, ini yang saya butuh bantuan dari sobat kicaumania yang menguasai. Apakah boleh setiap hari, atau 2-3 kali seminggu, dengan takaran setiap pemberian cukup 1 sendok seperti kroto?
  • Ini tantangan bagi sobat kicaumania yang berminat: laron sebenarnya bisa dibudidayakan, dan selama ini belum pernah ada yang mencobanya. Jika ada yang berminat, silakan belajar langsung secara online di termite.com. Siapa tahu bisa seperti Om Duto yang sukses besar dengan budidaya kroto semut, dan bisa menciptakan lapangan kerja buat ratusan bahkan ribuan kicaumania.


 http://omkicau.com/2012/12/23/menggagas-laron-sebagai-pakan-burung-alternatif/
Read more > Laron sebagai pakan burung alternatif

Sebagian besar burung peliharaan kekurangan vitamin A dan D, serta kalsium

Vitamin dan mineral, apapun jenisnya, sebenarnya dibutuhkan burung hanya dalam jumlah sangat sedikit. Celakanya, meski sangat sedikit, gabungan bahan pakan (misalnya voer, buah, dan ekstra fooding seperti kroto dan jangkrik) yang dikonsumsi burung setiap hari tidak selalu bisa memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. Hasil penelitian yang dilakukan sejumlah pakar perburungan dunia pun cukup mengejutkan, di mana sebagian besar burung peliharaan di rumah yang hanya mengandalkan pakan (tanpa suplemen multivitamin dan multimineral) mengalami kekurangan vitamin A dan D, serta mineral kalsium. Sedangkan burung yang mengalami defisiensi vitamin E “hanya” 27%.


Berikut ini mean (rata-rata) dari beberapa hasil penelitian mengenai burung peliharaan di rumah yang sama sekali tidak dibarengi dengan pemberian multivitamin dan multimineral :
  • 27% burung peliharaan kekurangan vitamin E.
  • 67% burung peliharaan kekurangan vitamin A.
  • 97% burung peliharaan kekurangan vitamin D.
  • 98% burung peliharaan kekurangan kalsium.
Hal ini disebabkan karena kita sulit memprediksi kandungan jenis vitamin tertentu (misalnya D3, B6) atau mineral tertentu (misalnya kalsium, magnesium, ferum) dalam setiap bahan pakan. Kecilnya angka menjadi salah satu sebab. Berbeda dari protein, lemak, energi metabolis, dan karbohidrat, yang mudah diprediksi dalam setiap bahan pakan karena angkanya lebih besar.

Sebagai contoh jagung, yang biasa diberikan kepada merpati dan lovebird. Setiap 100 gram jagung rata-rata mengandung energi metabolis sebesar 355 kalori, protein 9,2 gram, lemak 3,9 gram, karbohidrat : 73,7 gram, dan air 12 gram. Angkanya masih cukup besar, bahkan masih dalam satuan gram.
Sekarang kita lihat kandungan vitamin dan kalsium pada jagung. Bahan pakan ini mengandung kalsium 10 miligram, fosfor 256 miligram, ferum 2,4 miligram. vitamin A 510 SI, vitamin B1 0,38 miligram. Wow, kecil sekali, padahal 1 gram sama dengan 1.000 miligram.

Sekecil apapun kekurangan vitamin dan mineral, pasti akan berdampak buruk terhadap kesehatan burung. Jika kondisi ini dibiarkan dalam waktu lama, efeknya akan terasa. Misalnya, kakinya cenderung rapuh karena kekurangan kalsium, telur-telur yang dihasilkan seringkali gabuk (infertil) karena kekurangan vitamin E, atau burung sering loyo karena kekurangan vitamin C.



 http://omkicau.com/2012/12/29/sebagian-besar-burung-peliharaan-kekurangan-vitamin-a-dan-d-serta-kalsium/
Read more > Sebagian besar burung peliharaan kekurangan vitamin A dan D, serta kalsium

Cara mengawetkan kroto


Kroto memang sangat dibutuhkan untuk burung berkicau, terlebih pada burung bakalan atau masih menjalani latihan makan voer. Burung-burung dewasa pun membutuhkan extra fooding ini untuk menjaga kondisi dan staminanya agar tetap mampu menghasilkan suara secara prima.
Kalau kita membeli kroto di pasar / kios burung, biasanya hanya mampu bertahan selama 1-2 hari saja. Mungkin hal ini tidak menjadi masalah kalau kita mudah memperoleh kroto di pasaran. Kalau kroto mulai sulit dijumpai di kios atau pasar burung, ini bisa menjadi persoalan besar bagi burung kesayangan Anda di rumah.
Ketika situasi ini dijumpai di daerah Anda, solusi yang bisa dilakukan adalah membeli kroto dalam jumlah agak banyak, khususnya ketika barang baru saja tiba di kios / pasar burung. Selanjutnya, Anda bisa memilih salah satu dari 4 model pengawetan kroto berikut ini :

1. Pengawetan kroto dengan cara dikukus.

Menyimpan kroto yang terlebih dahulu dikukus bisa membuat memperpanjang daya simpan kroto selama  beberapa hari, dan dalam keadaan tidak berbau. Caranya?
  • Masukkan kroto yang baru dibeli (termasuk semut rangrangnya) ke dalam kantung plastik bening. Tutup rapat-rapat kantung tersebut, dan jangan sampai kemasukan air.
  • Siapkan air dalam panci ukuran sedang, taruh di atas kompor, lalu nyalakan kompor.
  • Masukan kantung plastik berisi kroto ke dalam panci yang sudah diisi air.
  • Lama pengukusan hanya sekitar 5 menit saja.
  • Angkat kantung plastik, kemudian keluarkan kroto dengan cara disebarkan hingga merata dalam nyiru / tampah. Boleh juga menggunakan wadah lain, misalnya nampan.
  • Jemur kroto yang sudah dikukus tadi hingga menjadi sedikit kering.
  • Setelah penjemuran, kroto bisa dimasukan dalam kantong palstik bening dan ditutup rapat, lalu disimpan dalam lemari.
  • Kroto bisa digunakan selama beberapa hari, dan tidak akan mudah basi atau berbau.

2. Pengawetan kroto dengan bantuan voer lembut

Voer lembut yang dicampur kroto biasa dilakukan kicaumania ketika ingin membiasakan burung bakalan / muda hutan agar mau makan voer. Ternyata cara ini juga bisa memperpanjang daya simpan kroto selama beberapa hari. Hanya saja, kroto yang sudah dicampurkan dengan voer lembut ini tetap harus disimpan dalam lemari pendingin.

3. Pengawetan kroto dengan bantuan tepung kanji

Cara ini sering digunakan para pengepul kroto agar telur semut rangrang ini lebih awet sebelum dijual. Di sini, kroto dicampur dengan tepung kanji, kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Sebelum diberikan kepada burung, kroto harus dibersihkan dulu dengan air bersih untuk menghilangkan tepung kanji.

4. Pengawetan kroto menggunakan silicon gel

Kroto yang baru dibeli dimasukkan dalam wadah / toples kaca. Masukkan juga silicon gel ke dalam wadah tersebut, kemudian ditutup rapat dan simpan dalam lemari. Silicon gel berfungsi menurunkan kelembaban di dalam wadah, sehingga kroto bisa awet selama beberapa hari karena pertumbuhan jamur dan bakteri akan terhambat.
Sebelum dimasukkan ke dalam wadah / toples kaca, pastikan silicon gel masih dalam kondisi baik, atau tidak mengalami kerusakan / kebocoran. Selama kondisinya masih baik, silicon gel aman bagi burung. Bukankah sebagian besar wadah pakan burung berupa voer juga disertai dengan silicon gel?.
Itulah beberapa cara lain dalam mengawetkan kroto sehingga bisa memperpanjang daya simpan selama beberapa hari, terlebih di musim hujan yang kerap diwarnai dengan kelangkaan kroto di pasaran. Selain musim hujan, kroto biasanya makin sulit dijumpai di pasaran satu pekan sebelum dan sesudah lebaran.

Catatan :
Apapun model pengawetan kroto, jangan memberikannya kepada burung jika kroto sudah berjamur. Warna jamur ini beragam, ada yang biru, hijau, bahkan keputihan.
Bagaimana pun, kroto segar masih merupakan menu terbaik. Tips ini hanya digunakan dalam situasi darurat, ketika daerah Anda mengalami kelangkaan kroto.



http://omkicau.com/2013/01/04/empat-cara-lain-dalam-mengawetkan-kroto/
Read more > Cara mengawetkan kroto

Mengantisipasi kelangkaan kroto

krotoSudah menjadi siklus tahunan, harga kroto selalu melambung tinggi pada musim hujan (dan lebaran). Saat lebaran, kenaikan harga lebih disebabkan para pencari kroto berhenti bekerja selama beberapa hari. Pada musim hujan, harga naik juga karena aktivitas pencari kroto yang menurun akibat faktor cuaca, serta rendahnya reproduksi semut rangrang di alam bebas.



Di sejumlah daerah, harga kroto rata-rata sudah menembus angka Rp 150.000 / kg, bahkan di beberapa kota besar bisa lebih dari angka tersebut. Bulan Januari – Februari 2013 mungkin menjadi masa-masa sulit, karena intensitas dan curah hujan biasanya mengalami puncaknya. Alhasil, harga kian melambung dan stok di pasaran makin mengkhawatirkan.

Di sisi lain, kroto memiliki keterbatasan waktu penggunaannya. Kroto dengan kualitas terbaik (terutama kroto basah) umumnya hanya bertahan dalam hanya waktu 1 hari. Lebih dari itu biasanya sudah busuk. Sewaktu harus membeli lagi, belum tentu ada di pasar / kios burung langganan, sehingga Anda terpaksa harus mencari ke daerah lain.

Padahal bagi kebanyakan burung berkicau, kroto merupakan salah satu bahan makanan penting untuk mempertahankan kualitas suaranya, serta membuat kondisi fisiknya tetap hangat di musim hujan. Untuk mengantipasi kelangkaan kroto di musim hujan, serta menyiasati sifatnya yang mudah busuk, berikut ini beberapa tips yang bisa Anda gunakan:
  • Sekiranya ada dana, usahakan bisa membeli kroto untuk konsumsi selama 4-5 hari, serta diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan semua burung yang ada di rumah.
  • Bersihkan kroto dari kotoran (ranting, dahan) serta semut yang masih hidup.
  • Sisihkan kroto yang akan digunakan untuk hari ini. Selebihnya akan kita lakukan pengawetan secara sederhana menggunakan kulkas.
  • Masukkan 1 sendok kroto ke dalam plastik kecil. Jika tidak ada plastik, bisa menggunakan kertas bekas kalender (biasanya berbahan artpaper atau matepaper). Lakukan hal yang sama untuk bungkus kedua, ketiga, dan seterusnya, sampai persediaan kroto habis.
  • Masukkan bungkus-bungkus tersebut ke dalam wadah plastik yang bertutup.
  • Jika wadah plastik sudah ditutup, masukkan ke dalam kulkas, pada bagian di mana Anda biasa mendinginkan air minum.
pengawetan-kroto

PENGAWETAN SEDERHANA: 
Dengan membungkus kroto dalam kantung plastik, memasukkannya ke dalam wadah plastik bertutup, kemudian menyimpannya dalam kulkas, kroto basah bisa awet hingga 5 hari.
(foto: muraibatuindonesia.com)
  • Jika ingin menggunakan, ambil 1-2 bungkus atau sesuai dengan jumlah dan kebutuhan burung di rumah.
  • Setelah membuka bungkusan, kroto jangan langsung diberikan kepada burung. Biarkan kroto di tempat terbuka, sekitar 10-15 menit, sampai kroto tidak terasa dingin lagi.
  • Kalau ada kroto yang tersisa hari itu, sebaiknya langsung dibuang, jangan dibekukan lagi.
Note:

sebaiknya jangan menyimpan kroto lebih dari 5 hari, karena sifat, warna, rasa, dan ujudnya akan mengalami perubahan.
Sebenarnya tanpa menggunakan lemari es, kroto juga bisa menjadi lebih awet jika sering diangin-anginkan, dengan catatan semut rangrang tetap dibiarkan bersama kroto (jangan dibuang).
Satu hal yang perlu mendapat perhatian, apapun metode pengawetan kroto, jangan sekali-sekali memberikannya kepada burung apabila sudah muncul jamur. Warna jamur beragam, ada yang biru, hijau, bahkan keputihan.

Kalau sudah muncul jamur, satu-satunya tindakan yang mesti dilakukan adalah membuang kroto. Jika dipaksakan diberikan kepada burung, dengan alasan eman-eman atau berhemat, maka dampak buruknya langsung terasa pada burung dengan cepat: mencret, suara jadi serak, dan berbagai dampak buruk lainnya.

budidaya sendiri

Lebih baik lagi jika Anda membudidayakan sendiri semut rangrang untuk menghasilkan kroto berkualitas di rumah masing-masing. Kalau dihitung biaya keseluruhan, terutama dalam menghadapi musim hujan yang mungkin masih akan berlangsung hingga April 2013, sebenarnya jauh lebih menghemat.
Bukan itu saja, kalau ada sisa produksi, Anda bisa menjualnya ke pasar / kios burung. Dijamin pedagang langganan Anda akan kebingungan: “Lha dulu beli kroto di tempat saya, kok sekarang malah jual kroto ke tempat yang sama”.



http://omkicau.com/2012/12/04/mengantisipasi-kelangkaan-kroto-di-musim-hujan/
Read more > Mengantisipasi kelangkaan kroto

B dan dampaknya terhadap burung

Viamin B1 (thiamine)
Burung yang mengalami kekurangan vitamin B1 bisa mengalami polyneuritis, dengan gejala klinis burung mengalami kejang-kejang, tubuhnya menjadi lemah, dengan posisi kepala menghadap ke atas.
Vitamin B2 (riboflavin)
Kekurangan vitamin B2 pada burung bisa mengakibatkan jari-jari kaki menjadi bengkok. Khusus untuk burung indukan, terutama induk betina, kekurangan vitamin B2 menyebabkan kualitas telur sangat rendah.
Vitamin ini sangat dibutuhkan burung selama dalam masa berkembang biak, terutama untuk penangkaran murai batu. Mengapa? Pada manusia, vitamin B2 sering digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan katarak. Dibandingkan dengan jenis burung yang lain, murai batu paling rentan mengalami katarak. Itu sebabnya, vitamin ini harus selalu tersedia setiap hari, agar penglihatan MB tak terganggu.
Ketika saya mengatakan MB paling rentan terserang katarak, bukan berarti burung ini secara langsung mengalami kekurangan vitamin B2. Sepengetahuan saya, penjemuran yang berlebihan memang bisa menyebabkan katarak pada sebagian burung murai batu. Adapun pasokan vitamin B2 setiap hari diperlukan untuk mencegah kemungkinan buruk tersebut.

Vitamin B3 (niacin)
Kalau Om dan Tante pernah menjumpai burung yang bulu-bulunya tumbuh dengan tidak sempurna, sendi-sendinya terlihat membesar, atau bahkan kakinya bengkok, itu merupakan pertanda bahwa burung mengalami kekurangan vitamin B3. Gejala lain yang dialami burung akibat defisiensi vitamin B3 adalah radang pada mulut, dan sering mengalami diare.

Vitamin B5 (pantothenic acid)
Sebenarnya defisiensi vitamin B5 atau asam pantotenat jarang sekali dijumpai. Tetapi, jika Anda menjumpai burung yang kulit di sekitar mata atau parunya mengelupas, itu merupakan pertanda burung kekurangan vitamin tersebut.

Vitamin B6 (pyridoxine)
Murai batu dan burung pemakan serangga lainnya membutuhkan vitamin B6 dalam jumlah cukup, untuk mencerna asam amino yang ada di dalam pakan berprotein tinggi. Kandungan protein rendah bisa mengakibatkan nafsu makan berkurang, pertumbuhan yang lambat pada piyik, bahkan dalam beberapa kasus juga bisa menimbulkan kejang-kejang.
Pemberian serangga hidup sangat diperlukan murai batu dan burung pemakan serangga lainnya, baik dalam penangkaran, pada masa mabung, juga untuk anakan yang belum dikenalkan dengan pakan buatan (voer).
Burung di kandang  penangkaran maupun di sangkar biasanya diberi makanan yang terbatas, seperti yang lazim ditemui di pasaran seperti ulat hongkong dan jangkrik. Tetapi burung hasil tangkapan, terlebih murai batu, di alam bebas biasa memangsa serangga yang bervariasi.
Mungkin hal inilah yang menyebabkan beberapa murai batu tangkapan rentan mati. Biasanya, ia mengalami kejang-kejang terlebih dulu pada masa awal pemeliharaan. Jadi, pemberian vitamin B6 untuk burung bakalan sangat diperlukan, terutama burung tangkaran dan burung hasil tangkapan hutan.
6. VITAMIN B7 (biotin)
Beberapa tanda tanda kekurangan vitamin B7 ini sama sperti tanda pada kekurangan vitamin B5 yaitu dermatitis pada kulit dan pengelupasan pada kulit sekitar mata dan paruhnya. dalam penangkaran murai batu kekurangan B7 bisa mengakibatkan kematian pada embrio dalam telurnya dan juga anakan yang cacat.

Vitamin B9 (folic acid )
Kekurangan vitamin B9 dapat mengakibatkan tersumbatnya lubang pada tangkai bulu, sehingga menyebabkan bulu cepat rapuh dan mudah rontok. Selain itu, kekurangan vitamin B9 atau asam folat juga bisa mengakibatkan anemia, cacat kaki, penurunan daya tetas, kematian embrio dalam telur pada beberapa hari terakhir masa pengeraman.

Vitamin B12 (cyanocobalamin)
Defisiensi vItamin B12 bisa menyebabkan radang pada selaput lendir, gerakan sering tidak terkontrol (misalnya, burung salto). penurunan daya tetas (kurang dari 50%), dan piyik yang baru menetas mengalami perubahab bentuk.
Kekurangan B12 bisa disebabkan adanya cacing pita pada sistem pencernaan burung, sehingga vitamin ini tidak bisa dicerna oleh tubuh burung.

Persoalannya sekarang, bagaimana cara mencukupi kebutuhan vitamin B-Complex yang banyak jenisnya itu? Bahan alami yang kaya vitamin B-Complex antara lain jenis kacang kacangan, daging ikan kecil (misalnya guppy), telur, minyak ikan, gandum, dan lain-lain.
Jika tidak mau repot, Om dan Tante bisa memastikan kecukupan vitamin ini dari produk yang beredar di pasaran, terutama yang paling banyak digunakan penangkar-penangkar di Indonesia. Misalnya

BirdMineralBirMoltBirdFine, dan BirdVit.
Terkadang saripati vitamin B-Complex tidak bisa diserap dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, karena terhambat oleh parasit bernama cacing pita yang mendekam dalam organ pencernaan burung. Oleh sebab itu, cacing pita mesti diperangi dulu, misalnya dengan AscariStop.



 http://omkicau.com/2012/11/01/ragam-vitamin-b-dan-dampaknya-terhadap-burung/
Read more > B dan dampaknya terhadap burung

Jenis-jenis cacing untuk pakan burung

Cacing saat ini digunakan secara luas oleh para penghobi burung untuk pakan hewan kesayangan mereka. Sebagaimana kita ketahui, cacing adalah hewan tingkat rendah karena tak bertulang belakang (invertebrata). Dalam konteks burung, maka kita akan membahas cacing tanah dan kerabatnya yang biasa diberikan kepada burung. Nah cacing tanah sendiri termasuk kelas oligochaeta dengan famili terpenting dari kelas ini adalah Megascilicidae dan Lumbricidae.
Oke, sebelum berbicara lebih jauh tentang manfaat cacing untuk burung, ada baiknya kita berbicara serba sedikit tentang cacing itu sendiri.

Jenis cacing yang paling banyak diternakkan saat ini berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Dan beberapa jenis yang populer antara lain adalah Pheretima, Perionyx dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

  1. Lumbricus. Cacing ini berbentuk pipih dengan jumlah segmen sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Jenis ini sering kalah bersaing dengan jenis lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Namun bila diternakkan, besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
  2. Pheretima. Cacing ini bersegmen sampai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen ke 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
  3. Perionyx. Cacung ini berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Perionyx termasuk cacing agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.
Cacing jenis Lumbricus rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

Beberapa Manfaat Cacing Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:

  1. Bahan Pakan Ternak Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.  
  2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
  3. Bahan Baku Kosmetik Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.
  4. Makanan Manusia Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam. Bahan pakan unggas yang berprotein tinggi dan berasal dari hewan biasanya cukup mahal. Cacing tanah merupakan salah satu jawaban di dalam mengatasi kelangkaan masalah protein hewani untuk unggas.
Kandungan protein cacing Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.

Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.
Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%. Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum.
Melihat kandungan protein pada cacing ini, maka cacing memang bagus untuk diberikan kepada burung. Burung apa saja, selama mau makan cacing, boleh saja diberi cacing.
Selama ini, burung yang sangat suka dengan cacing adalah anis kembang (AK) dan anis merah (AM). Namun demikian pada prakteknya, cacing juga sering diberikan untuk burung lain selama burung itu suka memakannya. Perlu digarisbawahi bahwa kesukaan burung pada cacing, termasuk masalah “kebiasaan” yang bisa dibentuk atau dilatih. Artinya, burung yang tidak doyan cacing, bisa dilatih sedikit demi sedikit agar mau cacing, terutama adalah burung-burung pemakan serangga dan/atau buah. Sedangkan burung pemakan biji, kebanyakan memang tidak suka cacing. 

 Sedangkan jenis cacing yang bisa diberikan kepada burung antara lain adalah:

1. Cacing Kristal atau cacing merah (lumbricus rabbelus)
Cacing kristal
Cacing ini biasa digunakan sebagai pakan ikan louhan, dan sering dijual dalam kantong plastik yang diberi media serbuk sagu dan tanah. Cacing kristal juga biasa digunakan sebagai umpan mancing dan kesukaan ikan-ikan bersisik seperti wader, tawes, lokas, jelawat, grass karp dan mujair. Ikan-ikan rawa juga senang dengan umpan ini di antaranya ikan sepat, betik, gurameh serta ikan oportunis yaitu ikan lele. Cacing ini dapat tumbuh sampai 10-15 cm dan berwarna merah-coklat gelap.

2. Cacing Bayam (eisenia sp)
Cacing bayam
Cacing ini biasa hidup di pematang-pematang swah atau juga di sayuran yang membusuk sehingga sering disebut cacing bayam. Dapat tumbuh sampai 40 cm panjangnya dan warnanya merah pucat. Selain disuka burung, cacing ini disuka oleh ikan gabus, betutu, jambal, baung dan lele. Karena cacing ini termasuk besar, maka untuk pemberiannya kepada burung perlu dipotong-potong dulu.

3. Cacing Tanah (lumbricus terestris)
Cacing tanah
Cacing ini di daerah jawa disebut cacing uker, karena biasanya akan melengkung atau mlungker (bahasa jawa) bila dipegang. Cacing ini mempunya segmen-segmen yang jelas, warna hitam gelap sampai abu-abu, hidup di tanah membuat liang mempunyai diameter batang tubuh yang paling besar diantara cacing lainnya dan karenanya juga perlu dipotong-potong dulu untuk diberikan kepada burung.

4. Cacing Fosfor (lumbricus sp)
Cacing fosfor atau cacing posphor
Cacing ini kalau dipencet akan mengeluarkan getah putih yang sangat lengket di tangan dan karena mengandung phospor, cairan ini akan terlihat menyala di malam hari. Ciri khas cacing ini adalah warna tubuhnya merah kecoklatan. Cacing ini termasuk lincah gerakannya sehingga kadang perlu dimatikan (dengan dipukul-pukulkan ke kayu) sebelum diberikan kepada burung. Cacing jenis banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai bahan baku obat. Cacing ini dapat berukuran sampai 30 cm.
Read more > Jenis-jenis cacing untuk pakan burung

Jenis dan qualitas pakan untuk burung

Pakan burung dapat berupa pakan hewani dan pakan nabati.

1. Hewani
Pakan hewani untuk burung antara lain kroto, serangga dan berbagai jenis ulat, cacing, ikan, daging, telur ayam/unggas lain, serta susu.

  • Kroto
Kroto merupakan larva semut ataupun semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang banyak digemari oleh burung-burung pemakan serangga, seperti jalak, kutilang, beo, dan poksai. Menurut jenisnya, kroto dibedakan menjadi kroto basah, kroto halus, kroto kasar, dan kroto kacang.

  1. Kroto basah merupakan kroto yang paling banyak digemari oleh burung dan juga sebagai umpan pancing. Kroto jenis ini merupa-kan telur dan larva semut rangrang yang masih baru yang mem-punyai kandungan air tertinggi (78,72%) sehingga mudah sekali busuk. Jika tanpa pengawetan, umur kroto basah hanya dapat bertahan sehari. Kroto basah sebaiknya disimpan di dalam lemari pendingin dan dibungkus dulu dengan kertas agar air terserap kerta. Dalam kondisi ini kroto basah dapat bertahan hingga tiga hari. Di antara berbagai jenis kroto, kroto basah mempunyai kandungan gizi yang terbaik, terutama protein, yaitu 47,80%.
  2. Kroto halus berupa semut-semut pekerja kecil dan besar. Tanpa pengawetan, jenis kroto ini dapat tahan selama seminggu. Di antara berbagai jenis kroto, kroto halus merupakan jenis yang paling tidak disukai burung.
  3. Kroto kasar berupa induk semut ratu dan semut jantan. Jenis kroto ini juga dapat tahan seminggu.
  4. Kroto kacang berupa campuran ketiga jenis kroto, yaitu kroto basah, kroto halus, dan kroto kasar, ditambah dengan jenis pakan lain, seperti kacang, jagung, padi, dedak, voer, dan beras ketan. Kroto ini dapat tahan dalam seminggu, tanpa pengawetan. Di antara jenis kroto yang lain, kroto kacang mempunyai kandungan lemak yang tertinggi (17,07%).

  • Serangga dan ulat
Banyak burung berkicau merupakan pemakan serangga, selain buah-buahan sebagai pakan tambahannya. Serangga yang banyak dijual di pasaran adalah jangkerik (Gryllus mitratus), sedangkan ulatnya berupa ulat hongkong, ulat bambu dan ulat kandang.
Ulat hongkong (Tenebrio mollitor) termasuk salah satu jenis pakan yang digemari burung. Berbagai jenis burung sangat menggemarinya. Selain semua jenis burung pemakan serangga, ulat ini juga disukai oleh elang, kuntul, rajaudang, dan nuri. Berbeda dengan kroto, jenis pakan ini sudah dapat dibudidayakan sehingga setiap saat tersedia di pasaran.
Ulat bambu (Erionota thrax) biasanya dijual dalam kemasan bumbung bambu. Berbeda dengan ulat hongkong, ulat ini mempunyai kulit yang lebih tipis dan lunak sehingga kandungan kitin di dalamnya juga lebih sedikit. Dengan kondisi tubuhnya seperti ini maka ulat ini mempunyai nilai gizi yang lebih baik untuk burung, terutama untuk anak-anak burung, yang sistem pencernaannya tergolong masih peka.

Catatan: Sebelum diberikan kepada burung, ulat hongkong sebaiknya tidak diberi pakan seperti voer tetapi berilah pakan dengan wortel atau daun pepaya. Tujuannya adalah untuk mengurangi kandungan lemaknya. Jika diberi voer, ulat hongkong malah bertambah gemuk karena numpuk karbohidrat dalam bentuk lemak di lapisan bawah kulitnya. Kadang hal ini disebut sebagai upaya untuk mengurangi risiko ulat hongkong menjadi penyebab katarak. Namun hal itu anggapan yang salah, sebab tidak ada hubungan antara ulat hongkong dan katarak pada burung.

  • Ikan
Ikan termasuk salah satu jenis pakan burung, terutama untuk jenis burung pemakan ikan (piscivora) seperti kuntul, bangau, blekok, ra-. jaudang, dan elang laut. Jenis ikan yang biasa diberikan adalah ikan mujahir dalam kondisi hidup.

  • Daging
Pakan berupa daging biasanya dikonsumsi oleh burung-burung pemangsa (predator) dan pemakan daging (karnivora). Daging ini dapat berasal dari berbagai hewan seperti sapi, kelinci, ayam, itik manila, dan tikus putih. Sementara pemangsanya adalah burung hantu, elang, rangkong, kasuari, dan gagak. Daging ini dapat disajikan dalam bentuk potongan kecil atau dalam bentuk hidup, seperti anak ayam (DOC) dan tikus putih (mencit) untuk burung hantu dan elang.

  • Susu
Jenis pakan ini umumnya diberikan kepada anak-anak burung dari keluarga merpati (Columbidae) dan paruh bengkok (Psittacidae) seperti nuri dan kakatua. Meskipun sudah dewasa, kadangkala bu’ rung-burung ini masih menyukai susu. Semua jenis susu dapat diberikan kepada burung, tetapi yang terbaik adalah susu yang berkadar lemak rendah.

  • Telur ayam/unggas lain
Telur ayam atau unggas lain yang direbus juga bisa diberikan untuk pakan burung, terutama burung-burung anakan.


  • Cacing (Lihat pembahasan masalah cacing di bawah).
2. Nabati

Pakan nabati dapat berupa sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

  • Sayuran
Sayuran biasa diberikan kepada burung, terutama untuk suku ayam hias (Phasianidae) seperti ayam, merak, kuau, dan puyuh. Pakan sayuran ini disukai pula oleh bebek, kakatua, dan parkit dan kenari. Jenis sayuran yang biasa diberikan adalah kecambah (taoge), kangkung, dan wortel untuk kakatua.

  • Buah-buahan
Hampir semua burung menyukai buah-buahan sebagai pakan utamanya atau hanya sebagai pakan tambahan. Di antara buah-buahan yang tersedia di pasar, buah yang banyak disukai burung adalah pepaya dan pisang kepok yang sudah matang. Buah untuk pakan sebaiknya yang matang pohon, jangan yang matang karena dikarbit. Selain itu, ada jenis buah lain yang juga disukai oleh burung, seperti buni, kersen (ceri), salam, beringin, dan palem.

  • Biji-bijian
Biji-bijian yang dapat diberikan kepada burung antara lain biji-bijian halus maupun biji-bijian kasar.
1) Biji-bijian halus: Biji-bijian jenis ini disukai oleh burung-burung perkutut, kakatua kelabu australia, dan betet afrika (lovebird). Jenis pakan ini meliputi biji-bijian yang berukuran kecil dan halus, yaitu milet (Panicum sp. dan Panisetum glaucum), jewawut (Panicum italia), kenari biji (canary seed, Phallaris canariensis), beras ketan hitam, pellet (voer)
 
  • Biji-bijian kasar 
Biji-bijian ini disukai oleh burung-burung dari keluarga (suku) ayam hias (Phasianidae) seperti ayam hutan (merah dan hijau), kuau, merak, puter, dan tekukur. Biji-bijian kasar ini meliputi biji-bijian berukuran agak besar dan kasar, seperti jagung kering, gabah, beras merah, kacang hijau, pellet (voer)


 http://omkicau.com/pakan-burung/comment-page-1/
Read more > Jenis dan qualitas pakan untuk burung

Berapa banyak kebutuhan pakan burung ?

Jumlah pakan yang tepat
 
Jumlah pakan yang diberikan untuk burung harus mencukupi kebutuhan, tetapi tidak berlebih. Jumlah yang cukup ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan pengamatan dan pengalaman sehari-hari pada burung peliharaan. Pakan diberikan dua kali sehari, pagi dan siang hari. Pada pagi hari biasanya jumlahnya lebih banyak daripada pakan yang diberikan pada siang hari karena pada pagi hari burung lebih aktif makan. Setiap hari pakan harus diganti dengan yang baru, terutama bila pakan berupa buah-buahan karena buah yang sudah basi dapat menyebabkan burung menjadi sakit.

Jumlah pakan yang dimakan seekor burung dalam sehari sangat tergantung pada faktor-faktor berikut:

1. Berat badan burung
Berat badan burung berkisar dari burung kolibri yang berbobot sekitar 10 g sampai burung unta yang berbobot sekitar 100 kg. Burung darat dengan bobot 100—1.000 g dapat makan sebanyak 5—9% dari berat tubuhnya dalam sehari, sedangkan burung berkicau yang berbo-bot 1—90 g dapat makan sebanyak 10—30% dari bobot badannya per hari.

2. Jenis pakan
Jenis pakan juga mempengaruhi jumlah pakan yang dimakan burung. Burung pemakan biji, misalnya, dapat makan per hari scbanyak 10% dari berat badannya. Sementara burung pemakan serangga mampu makan sebanyak 40% dari berat badannya. Hal ini terjadi kare-na serangga lebih banyak mengandung air daripada biji-bijian.

3. Umur burung
Umur burung juga berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dimakan seekor burung dalam sehari. Burung dewasa akan memakan pakan sekitar 10—40% dari berat badannya, sedangkan anak burung dapat makan sebanyak berat tubuhnya sendiri dalam sehari.

4. Tingkat metabolisme tubuh
Burung yang berukuran kecil, seperti burung penghisap madu dan burung kacamata, mempunyai nilai metabolisme tubuh yang lebih besar daripada burung yang berukuran besar seperti poksai, jalak, atau kasuari. Dengan demikian, burung-burung kecil ini juga memerlukan jumlah pakan yang lebih besar daripada burung-burung besar.

Jumlah pakan yang diberikan juga berkaitan dengan luas sangkar tempat hidup burung. Jika burung menempati sangkar yang kecil maka pakan yang diberikan lebih sedikit dibandingkan dengan pakan yang diberikan kepada burung yang menempati sangkar yang lebih besar. Hal ini dapat dimaklumi sebab di dalam sangkar yang kecil energi yang dikeluarkan burung relatif kecil jika dibandingkan dengan burung yang menempati sangkar besar.

Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan, burung juga mempunyai selera terhadap suatu jenis pakan. Gejala ini disebut sebagai palatabilitas. Gejala palatabilitas ini tergantung kepada beberapa faktor yaitu satwa yang bersangkutan, pakan kesukaannya, kondisi pakan yang diberikan (dalam keadaan segar atau sudah basi), serta kesempatan memilih pakan yang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa pakan yang paling digemari oleh burung pemakan serangga adalah kroto basah, kemudian ulat hongkong, disusul oleh pepaya, dan terakhir atau pakan yang paling tidak disukai burung adalah kroto halus.



 http://omkicau.com/pakan-burung/comment-page-1/

Read more > Berapa banyak kebutuhan pakan burung ?
 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo