Sunday, February 17, 2013

Muari adalah Petarung Sejati

Burung Murai atau Murai Batu memiliki ciri khas ekor panjang dan ketika berkicau ekornya serta merta dihentakkan ke atas dan ke bawah.

Murai Batu ini terdiri dari beberapa nama sesuai dengan asal burung tersebut. Konon menurut para pakar burung, bahwa burung murai batu asal Medan Sumatera yang menjadi favorit para penghobies burung murai saat  ini.

Namun sekalipun burung tersebut berasal dari Medan tidak menjamin bahwa burung tersebut adalah burung yang bagus, karena semua itu tergantung dari bawaan burung tersebut atau katurangganya.

Ciri khas Murai Batu Medan menurut pakar burung adalah ukuran body lebih besar, ekor lebih panjang dan pada ujung ekor biasanya akan mengarah kebawah bila sudah panjang. Variasi lagu lebih banyak dari jenis murai batu lainnya. Jenis yang dianggap terbaik adalah Murai Batu Medan. Hanya saja tindakan eksploitasi hutan berlebihan dan perburuan untuk kepentingan komersial membuat jenis ini sulit ditemui di pasaran.

Burung murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namum juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif.

Jenis-jenis burung Murai Batu dan asal burung Murai Batu yang banyak dikenal di Indonesia adalah Burung Murai Batu Medan, Burung Murai Batu Aceh, Burung Murai Batu Lampung, Burung Murai Batu Lahat, Burung Murai Batu Jambi dan Burung Murai Batu Kalimantan (Borneo). Suara burung Murai Batu sangat merdu dan bervariasi. Burung Murai Batu adalah salah satu burung penyanyi terbaik di dunia.
Read more > Muari adalah Petarung Sejati

Manfaat Gula Merah

Gula merah, baik terbuat dari kelapa maupun aren, ternyata sangat bagus untuk mencegah burung dari kemungkinan terserang penyakit. Anda bisa memberikannya kepada burung sebanyak dua kali dalam seminggu, dengan cara melarutkannya dalam air hangat.

Gula merah sebenarnya merupakan pakan olahan yang memiliki kandungan gizi cukup lengkap, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Konsumsi gula merah bisa memperkuat faktor antipatogenik (FAP) atau faktor pertahanan tubuh.

FAP merupakan lawan dari faktor patogenik (FP), atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan burung sakit atau terjangkit penyakit. Jika FAP kalah atau tidak mampu menghadapi FP, maka burung dikatakan sakit atau mengalami penyakit. Sebaliknya, jika FAP bisa mengalahkan FP, maka burung dalam keadaan sehat.
Untuk mencegah burung agar tidak sakit atau terserang penyakit, pemelihara atau penangkar harus memperkuat FAP. Salah satunya melalui pemberian larutan gula merah. Jadi gula merah itu bukan obat untuk menyembuhkan penyakit, melainkan upaya mencegah penyakit.
Tentu upaya ini saja tidak cukup, karena FAP merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Demikian pula FP yang merupakan gabungan dari berbagai faktor. Jadi, ketika faktor-faktor yang berhimpun dalam FP lebih banyak, tentunya FAP akan kalah sehingga burung pun jatuh sakit.
Itu sebabnya, upaya lain untuk mencegah burung agar tidak sakit tetap harus dilakukan, antara lain memberikan pakan seimbang, air minum yang bersih, dan manajemen lingkungan yang baik. Program vaksinasi juga bisa memperkuat FAP. Sayangnya, hal ini kurang memasyarakat di kalangan kicau mania, tetapi sudah popular di kalangan peternak ayam.

Suplemen untuk memperkuat FAP
Di pasaran banyak dijual aneka suplemen yang mampu memperkuat FAP, sehingga bisa memperkecil kemungkinan burung terserang penyakit. Beberapa suplemen yang kerap direkomendasikan penggemar burung di Indonesia antara lain.

1.  BirdVit

nicotinamide
), B6, B12, D3, E, dan K3. Ada juga zat esensial seperti DL Methionine, L-Lysine HCl, folic acid (asam folat) yang termasuk salah satu bentuk dari vitamin B, dan Ca-D Pantothenate.
Sedangkan mineral utama terdiri atas potasium chlorida, sodium chlorida, magnesium sulfate, mangan sulfate, iron sulfate, zinc sulfate, copper sulfate, dan cobalt sulfate.
Dengan komposisi seperti ini, BirdVit memang bisa diandalkan sebagai suplemen untuk perawatan harian burung agar selalu sehat. Tetapi, melihat komposisi itu pula, bisa dipahami jika BirdVit juga dapat mengobati berbagai penyakit karena disefisiensi fungsi organ. Misalnya burung terlihat pucat, kurang gairah (nyekukukruk), malas berkicau, kurang power, mental drop, dan sebagainya.

2.  BirdFine
Sesuai dengan namanya, BirdFine dirancang untuk memastikan atau menjadikan burung selalu dalam keadaan sehat. Kandungan utamanya antara lain vitamin B12, multivitamin, multimineral, dan asam amino esensial.
Meski tujuan utamanya mengatasi berbagai permasalahan burung, sejatinya BirdFine bisa digunakan untuk menjaga kondisi burung agar tetap fit. Adapun permasalahan burung yang bisa diatasi dengan pemberian BirdFine antara lain tidak pernah bisa fit, tubuh kurus karena anemia, kurus kekurangan gizi atau sehabis mabung, atau burung yang baru saja sembuh dari sakit.

3.  BirdShout
BirdShout/BST terdiri atas multivitamin dan multimineral cair, dilengkapi dengan suplemen lain yang lengkap dan seimbang. Kedua komponen ini menjadi faktor penguat FAP sehingga burung memiliki daya tahan yang jauh lebih baik, sehingga potensi terserang penyakit menjadi turun drastis.
Perubahan musim seringkali menyebabkan burung (juga unggas lain seperti ayam dan puyuh) mudah sakit dan stres. Dengan adanya faktor penguat FAP, potensi sakit bisa diturunkan pada level terendah.
Melihat komposisinya, BirdShout juga mengandung bahan aktif yang diracik khusus untuk membuat burung fit dan mau berkicau serta menstabilkan performa burung. Jadi, Anda akan mendapat dua manfaat sekaligus: burung menjadi gacor dan relatif tahan terhadap penyakit.
Sekali lagi, pemberian gula merah secara berkala bisa memperkuat FAP sehingga bisa “mengalahkan” FP. Tapi mengingat faktor pembentuk FAP dan FP cukup banyak, dianjurkan tetap menggunakan suplemen untuk memastikan burung selalu dalam kondisi fit dan sehat.
Read more > Manfaat Gula Merah

Metode dalam perawatan Murai

Boleh dibilang, kegembiraan tertinggi seorang penangkar adalah ketika mengetahui telur yang dierami indukan betinanya menetas dengan sukses. Bayangkan, setelah menanti dengan harap-harap cemas selama kurang lebih 12 hari masa pengeraman, cangkang telur akhirnya pecah dan sang anakan pun nongol untuk menghirup udara dunia.
Hampir semua penangkar, momentum seperti ini merupakan saat yang membahagiakan sekaligus mendebarkan. Tetapi dalam waktu bersamaan, momentum ini juga sarat dengan saat-saat kritis. Periode rawan dan penuh tantangan, jika salah dalam memperlakukan perawatan, akibatnya bisa fatal, anakan cacat dan bahkan yang lebih buruk bisa terjadi –anakan mati sebelum diangkat dari sarang.

Ada dua model metode yang diterapkan penangkar dalam merawat anakan murai batu yang baru menetas. Dua model ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan setiap penangkar bebas memilih model mana yang dirasa sesuai dengan situasi dan kondisi penangkar bersangkutan.

MODEL 1 :
Pengasuhan dan perawatan anakan diserahkan kepada indukannya hingga usia anakan kurang lebih 1 bulan. Artinya, anakan tidak diangkat dari kandang hingga umurnya mencapai 1 bulan, sehingga selama kurun itu pelolohan dan pemberian asupan pakan langsung dilakukan sendiri oleh indukan yang ada di alam kandang penangkaran.
Kelebihan :

  • Penangkar tidak perlu repot-repot meloloh sendiri anakan.
  • Kondisi anakan relatif lebih giras (ada sebagian penghobi yang menyukai anakan murai batu yang giras daripada yang jinak).
Kekurangan :
  • Masa produksi untuk periode berikutnya membutuhkan waktu yang relatif  lebih lama dibandingkan jika anakan diloloh sendiri.
  • Kondisi anakan kadang susah dipantau secara detail; apakah baik-baik saja atau jangan-jangan ada luka dan cacat di bagian tubuhnya. Sebab, anakan yang baru belajar nangkring dan terbang (kira-kira umur 12 – 14 hari), kadang tidak perhitungan dalam melakukan manuver di dalam kandang, sehingga ada kalanya jari kakinya kejepit, sayap sengkleh, dsb.
MODEL 2 :  
Anakan diambil dari sarang umur antara 5 – 7 hari (malah ada yang ekstrim, umur 1 hari diangkat dan ditaruh di inkubator). Sejak saat diangkat, anakan diloloh sendiri oleh penangkar hingga usia kira-kira 3 minggu, saat anakan mulai belajar makan secara mandiri.
Kelebihan :
  • Produksi untuk periode berikutnya relatif lebih cepat. Sebab, seminggu setelah anakan diangkat dari sarang, biasanya indukan akan segera bertelur lagi.
  • Kondisi anakan bisa dipantau setiap saat.
  • Saat meloloh, penangkar bisa menambahkan berbagai jenis vitamin yang dibutuhkan bagi pertumbuhan anakan ke dalam menu makanan.
Kekurangan :
  • Anakan relatif kebih jinak (sebagian penghobi kurang suka dengan anakan seperti ini. Menurut mereka, kurang gahar dan terlalu manja).
  • Anakan tidak bisa ditinggal, karena setiap saat harus diloloh kapan mereka lapar. Penangkar harus menugaskan orang yang tetap stanby meloloh anakan.

http://www.pecintamuraibatu.com/?p=183#more-183
Read more > Metode dalam perawatan Murai
 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo