Manusia tidak dapat lepas dari ketergantungannya terhadap listrik sebagai salah satu sumber kehidupan. Melihat sudah menipisnya defisit bahan bakar maupun mineral sebagai pembangkit listrik banyak alternatif yang ditemukan, termasuk nuklir.
Reaktor nuklir adalah tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir) atau dikenal dengan reaksi fisi berantai yang terkendali. Bagian utama dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar, batang kendali, moderator, pendingin dan perisai.
Reaktor nuklir dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi dua, yaitu reaktor penelitian/riset, dan reaktor daya (pembangkit listrik tenaga nuklir.
Reaksi nuklir ini akan menghasilkan energi panas dalam jumlah cukup besar. Contohnya pada reaktor daya, energi panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan uap panas, dan selanjutnya digunakan untuk mengerakkan turbin-generator yang bisa menghasilkan listrik.
Sedangkan pada reaktor penelitian, panas yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dan dapat dibuang ke lingkungan.
Berikut adalah garis besar cara kerja sebuah reaktor nuklir(jenis PWR) hingga bisa menghasilkan listrik, seperti yang dilansir Nuklir.INFO:
- Di dalam inti reaktor, reaksi fisi terjadi karena adanya penembakan neutron terhadap bahan bakar nuklir yang menghasilkan energi panas.
- Energi panas yang dihasilkan dari inti reaktor kemudian dibawa oleh air bertekanan pada primary loop ke generator uap.
- D idalam generator uap, air yang berasal dari secondary loop menjadi terpanaskan dan terbentuklah uap.
- Uap yang dihasilkan diarahkan ke turbin uap untuk memutar generator dan akhirnya menghasilkan listrik.
Tetapi kurang cermatnya perhitungan dalam pendinginan reaktor akan meningkatkan konsentrasi pada inti materi. Ini terbukti pada saat Jepang mengalami situasi serba kacau karena gempa dan gelap, memaksa para petugas berimprovisasi dalam mendinginkan reaktor.
"Mereka bekerja dalam keadaan panik untuk mencari solusi mendinginkan inti reaktor. Ini mengindikasikan seberapa seriusnya masalah. Mereka terpaksa melakukan tindakan yang tidak biasa dan berimprovisasi untuk mendinginkan reaktor nuklir," ujar Mark Hibbs, peneliti senior dari program kebijakan nuklir di Carnegie Endowment for International Peace.
Akibatnya, menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA) lebih dari 170.000 orang dalam radius 10-20 km dari instalasi pembangkit di Fukushima telah diungsikan sehubungan dengan ledakan yang terjadi pada pembangkit tersebut.
Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala, dan demam.
Sementara itu, dampak yang baru muncul setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah sebagai berikut: pusing, mata berkunang-kunang, disorientasi atau bingung menentukan arah, lemah, letih, dan tampak lesu, kerontokan rambut dan kebotakan, muntah darah atau berak darah, tekanan darah rendah, dan luka susah sembuh.
Dampak jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun. Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain kanker, penuaan dini, gangguan sistem saraf dan reproduksi, dan mutasi genetik.