Wednesday, April 17, 2013

Penyebab Mengapa Orang Suka Memelihara Trotol


Beberapa waktu belakangan ini –setidaknya 1 atau 2 tahun terakhir—banyak sekali penggemar murai batu yang memburu trotolan, baik trotolan dari hutan maupun hasil penangkaran. Kabar dari rekan-rekan penangkar di berbagai daerah menyebutkan, permintaan terhadap trotolan murai batu terus membanjir dari hari ke hari. Bahkan, saking besarnya animo pemburu trotolan, para penangkar terpaksa memberlakukan sistem inden, dengan waktu tunggu yang terbilang relatif lama; antara 2 hingga 4 bulan dan bahkan lebih.


Lantas, apa sebenarnya pemicu membanjirnya permintaan trotolan murai batu? Berikut analisa sederhana yang barangkali bisa menggambarkan alasan-alasan terjadinya fenomena itu.


1. Harga Relatif Murah
Harga umum di kalangan peternak, trotolan jantan umur sekitar 2 bulan (atau sudah makan vor sendiri) berada di kisaran antara 1,3 juta – 1,8 juta. Tentu saja harga itu tidak pakem, karena untuk trotolan produksi peternak tertentu, atau anakan dari indukan-indukan tertentu (sudah berprestasi di level Latber atau Lomba, misalnya), harga bisa dibandrol lebih tinggi dari harga itu. Bila dikomparasikan dengan harga MB muda hutan di pasar burung, seperti di PB Pramuka misalnya, harga tadi jelas lebih murah. Kabar terakhir, MB muda hutan yang diklaim pedagang sebagai “MB Medan” harga sudah menyentuh 2 juta untuk per ekornya, dengan kondisi yang masih perlu dijinakkan, perlu diajari mandi sendiri di keramba, dan masih jarang ngeplong maupun ngriwik.


2. Relatif Mudah Dimaster Sejak Dini
Dari sisi pemasteran, burung trotolan jelas lebih gampang didoktrin dengan suara master sesuai dengan keinginan pemilik. Banyak pendapat mengatakan, masa emas untuk memaster burung adalah ketika usia dini, antara 2 bulan hingga 1 tahun atau sebelum memasuki periode moulting pertama. Itu artinya, masa paling efektif memaster adalah ketika burung dalam kondisi trotolan. Dengan kata lain, tingkat keberhasilan memaster burung trotolan lebih besar dibandingkan dengan burung muda hutan hasil tangkapan dari alam.


3. Relatif Mudah “Ditangani”
Murai batu trotolan relatif lebih gampang “ditangani” dibandingkan burung muda hutan. Misalnya dalam hal menjinakkan, mengajari makan vor sendiri, dan mandi di keramba. Tingkat kesabaran dan durasi waktu yang dibutuhkan pun, trotolan relatif butuh waktu lebih pendek dibandingkan muda hutan.


4. Stok Dari Alam Terus Menipis
Ada sebagian pecinta murai batu yang lebih menyukai burung muda hutan hasil tangkapan alam dibandingkan trotolan hasil penangkaran. Alasannya, burung tangkapan alam karakternya lebih gahar, sangar, karakter fighternya lebih tinggi, dan lain sebagainya. Pendapat itu mungkin berlaku ketika ketersediaan murai batu di hutan memang masih berlimpah. Tetapi untuk saat ini, apakah itu masih berlaku ketika murai batu di habitatnya mulai habis dan jumlahnya terus tergerus? Untuk mendapatkan murai hasil tangkapan alam yang berkualitas, kini tidak segampang dulu. Karena itu, sekarang banyak penghobi yang mulai beralih memburu trotolan hasil penangkaran. Toh, di ajang-ajang latber maupun lomba, saat ini sudah banyak murai ring hasil penangkaran yang berhasil menyabet juara. Artinya, kini sudah terbukti, murai batu penangkaran tidak kalah kualitasnya dibandingkan murai batu hasil tangkapan dari alam.


5. Harga “Purnajual” Relatif Tinggi
Dari sisi ekonomi, keuntungan memelihara trotolan juga cukup menarik. Ilustrasinya seperti ini:
Si Badu membeli trotolan jantan hasil penangkaran sebesar Rp. 1,5 juta. Umur trotolan 3 bulan, dan burung sudah makan vor sendiri. Pada usia itu, trotolan jantan biasanya sudah sering ngriwik dan sudah mulai belajar ngeplong. Jika motivasi awal Si Badu membeli trotolan itu hanya untuk sekedar klangenan, maka sejak saat itu Si Badu sebenarnya sudah bisa menikmati “ocehan” trotolan miliknya. Pada umur 5-7 bulan, trotolan biasanya akan jatuh bulu dan berganti bulu dewasa. Pada umur 8-10 bulan, kondisi fisik trotolan biasanya sudah berubah menjadi ganteng, layaknya burung murai dewasa. Ocehan dan lagunya juga sudah mulai variatif, bahkan tak jarang sudah mulai suka mengeluarkan isian-isian sesuai masterannya. Bahkan sering dijumpai, burung seusia itu sudah berani tampil di latberan. Nah, jika dalam kondisi seperti ini burung tadi dijual, harganya tentu saja bisa berlipat dari harga belinya.
Read more > Penyebab Mengapa Orang Suka Memelihara Trotol

Cuaca Tak Bersahabat Kendala Kesehatan Burung Trotolan

Sebentar panas, sebentar adem, dan tiba-tiba hujan disertai angin– bukan saja menyebabkan badan manusia meriang, tetapi juga memicu ketidakstabilan daya tahan trotolan murai batu.




Cuaca seperti itu, sangat rentan bagi kesehatan trotolan, terutama untuk usia antara 7 – 21 hari; mudah sekali menyebabkan trotolan sakit untuk kemudian mati.


Karena itu musti hati-hati merawat trotolan di saat-saat seperti ini, ketika cuaca kurang bersahabat. Lantas, untuk menghindari petaka itu, apa langkah antisipasinya? 


Berikut Tips sederhana untuk menyiasatinya :

  • Beri ransum pakan yang benar-benar terpilih; kroto bersih, jangkrik kecil tanpa kepala, ulat hongkong (pilih yang putihnya saja), cacing yang telah dibersihkan dan dipotong kecil.
  • Beri multi vitamin sesuai dosis yang dianjurkan.
  • Jemur di pagi hari, cukup 5 hingga 10 menit saja.
  • Malam hari wajib dikrodong, atau beri lampu 5 watt di dalam sangkarnya.


Read more > Cuaca Tak Bersahabat Kendala Kesehatan Burung Trotolan

Jenis jenis burung kacer yang bagus


Burung kacer yang bagus yaitu burung kacer Sumatra atau Poci, Kalimantan, Tasik, Madagaskar dan burung kacer lokal atau Jawa. Burung kacer adalah salah satu burung kicau yang banyak diminati oleh kalangan pecinta burung, karena kicauannya yang kecang dan merdu. Selain itu burung ini juga memiliki jenis fisik yang berbeda-beda tiap daerah, untuk lebih jelasnya silahkan simak penjelasan dibawah ini.

Jenis Burung Kacer Sumatera atau Poci :
Burung kacer poci atau burung kacer asal dari Sumatera ini memiliki ciri warna hitam pada kepala, leher sebatas dada, punggung dan bagian luar ekor, sedangkan untuk warna putih berada pada  dada, perut dan ekor bagian dalam. Burung kacer sumatra ini sangat mudah menirukan kicauan burung disekitar dan sangat cocok dicuaca atau udara panas.

Jenis Burung Kacer Kalimantan :
Burung kacer Kalimantan memiliki ciri yang hampir sama dengan burung kacer poci, namun tetap ada bedanya, yaitu burung kacer Kalimantan memiliki warna hitam yang lebih banyak, mulai dari kepala sampai dada bagian bawah atau hampir sampai ke perut. Kacer Kalimantan memiliki kelemahan ketika berkicau sering menggembung, sehingga ketika diadu burung ini akan mudah lelah, meski tidak semua jenis burung kacer Kalimantan seperti itu.

Jenis Burung Kacer Tasik :
Burung kacer dari Tasik memiliki ciri fisik warna putih terdapat pada pangkal ekor dan warna hitam yang hampir menyeluruh disemua bulunya kecuali sedikit dibagian sayap serta ekor. Untuk burung kacer jenis yang satu ini kurang diminati oleh banyak kalangan pecinta burung kicau yang disebabkan karena memiliki mental yang kurang bagus.

Jenis Burung Kacer Madagaskar Afrika:
Burung kacer Madagaskar atau Copsychus albospecularis ini memiliki tiga jenis yaitu pica, albospecularis dan inexpectatus. Burung jenis yang satu ini memiliki ciri yang hampir sama dengan jenis burung kacer Sumatera, namun bagian leher sebelah atas, punggung dan ekor berwarna hitam kebiru-biruan. Untuk kemampuan berkicau burung dari Afrika ini tidaklah kalah dengan burung kacer yang berasal dari Indonesia.

Jenis Burung Kacer Lokal atau Jawa :
Burung kacer Lokal atau kacer Jawa mempunyai warna yang dominan hitam pada bulu. Hampir Seluruh tubuh berwarna hitam, kecuali pada sayap terdapat warna putih. Kacer jenis ini juga pintar menirukan suara burung berkicau lainnya. Volume suara sedang.
Read more > Jenis jenis burung kacer yang bagus

Harga burung kembali melejit hingga capai puluhan juta per ekor


Bisnis burung semakin menggiurkan, seiring maraknya kontes binatang unggas di berbagai sentra pasar hewan hingga mampu mengangkat harga burung hingga mencapai puluhan juta.

Salah satu sentra bisnis burung di Yogyakarta yang berlokasi di pasar hewan Pasthy. Ratusan hingga ribuan burung tiap hari diperdagangkan di pasar tradisional itu.
Pedagang burung sekaligus Wakil Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Hewan Pasthy, Daryana menuturkan burung kini menjadi komoditas yang laris di pasaran. Sejumlah jenis burung seperti Pleci, Kacer, Kenari, Cucak Jenggot, Ciblek, Pentet, Anis Merah atau Burung Murai kini paling banyak diminati masyarakat.

“Terutama Pleci sekarang ini paling dicari, nyarinya saja sudah sulit sekarang biasanya di pegunungan banyak. Suaranya nyaring,” ujarnya.
Burung yang menang kontes dijual rata-rata laku dijual jutaan rupiah. Bahkan saat kontes burung memperingati HUT Pasar Hewan Pasty April lalu, satu ekor burung dibeli hingga Rp35 juta.
“Yang beli waktu itu konsumen dari Jakarta. Memang kalau burung menang kontes harganya jutaan,” tuturnya.

Tak hanya saat kontes, pada hari biasa pun, harga burung di pasaran cukup mahal dibanding rata-rata harga sembako. Satu pasang indukan Cucak Rowo misalnya dijual Rp5 juta-Rp6 juta. Sementara burung Pleci yang masih kecil dijual per ekor Rp15.000-Rp20.000.
“Kalau di pasar murah. Kalau dijual waktu kontes dan burung itu menang harganya bisa berkalilipat,” ujarnya.
Burung-burung yang dipasok ke pasar hewan kebanyakan berasal dari luar Yogya seperti  dari Sumatra hingga Kalimantan. Burung Murai Batu misalnya didatangkan dari pulau Borneo.
“Kalau di Jogja sudah sulit apalagi Merapi sudah rusak, paling yang ada di pegunungan Sumbing Jawa Tengah atau banyaknya dari Jawa Timur,

- Bisnis-jateng.com -

Read more > Harga burung kembali melejit hingga capai puluhan juta per ekor

Jalak suren jantan suka buang telur

jalak suren jantanJalak suren jantan suka membuang telur. Salah satu contoh diantara banyak permasalahan yang terjadi dalam proses penangkaran burung jalak suren.

Dibalik cerita kesuksesan atau keberhasilan dalam dunia penangkaran, entah penangkaran burung jalak suren, jalak bali, jalak putih, cucak 
rawa dan lain-lain pasti ada juga permasalahan yang terjadi selama proses penangkaran. Mungkin dalam waktu awal-awal mulai menangkarkan terjadi kebingungan karena tidak tahu cara untuk mengatasi masalah yang terjadi, karena masih awam. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya pengalaman dan saling tanya jawab diantara sesama penangkar bertambah pula pengetahuan seorang penangkar dalam mengatasi atau mengantisipasi untuk permasalahan yang timbul. 

Makanya ada yang bilang jika tidak punya ilmu dalam penangkaran tapi ada minat, mending langsung terjun dulu, nanti sambil berjalan maka sedikit demi sedikit ilmupun datang sendiri entah dari pengalaman atau teman sesama penangkar yang duluan telah menekuninya.

Lanjut, jika jalak suren jantan suka buang telur atau mengobrak-abrik sarang waktu dalam proses pengeraman, salah satu solusinya adalah dengan dipisahkan. Ambil pejantan dari kandang lalu ditaruh dalam sangkar, tapi tetap didekatkan sama betinanya. Jika pintu kandang utama cukup lebar untuk memasukkan sangkar, maka sangkar bisa ditaruh dalam kandang. Jika tidak muat karena dulunya bikin pintu utama cuma kecil, sangkar bisa ditaruh diluar dekat kandang.
Read more > Jalak suren jantan suka buang telur

Tips memaster burung


Tujuan memaster adalah melatih burung agar bisa menirukan suara lain, yakni suara burung, hewan lainnya atau visa juga suara benda disekitar burung yang dimaster. Dengan harapan bisa menambah variasi lagu burung yang dimaster tersebut menjadi beragam.

Masuk tidaknya suara burung master tergantung kepada tingkat kecerdasan burung dalam merekam suara. Ada beberapa burung yang yang memang sulit bahkan tidak bisa dilatih menirukan suara lain, tapi tak sedikit pula burung-burung cerdas dengan mudah sekali menirukan mastermya.

Diantara burung kicauan yang masuk klasifikasi burung lokal yang mudah menirukan adalah murai batu, cendet, cucak hijau dan branjangan. Karena kecerdasannya merekam suara, beberapa burung jenis ini seringkali kemasukan suara lain tanpa disengaja.
Tentu saja kalau suara yang tak diharapkan terlanjur terekam, menurut beberapa perawat bisa dikatakan burung itu rusak. Untuk itu harus dimaster ulang pasca rontok bulu sesuai dengan keinginan penghobi.

Karena apabila tak serius menanganinya tak sedikit burung kehilangan keistimewaan. Saat masa ganti bulu tersebut, burung mengalami penurunan kondisi tubuh, sehinggamau tak mau suara pun juga terkena akibatnya.

Untuk mengembalikan kualitas suara burung setelah rontok bulu, perlu penaganan khusus. Diantaranya memaster ulang dengan suara bagus yang pernah masuk padanya. Perlu diketahui, master yang bagus tersebut bisa menggunakan jalak suren, love bird, cucak jenggot atau cililin. Setiap burung master dipastikan memiliki suara khas yang bisa menambah kesan lagu lebih variatif. Meski sudah dimaster ulang, belum tentu kualitas lagu bisa kembali seperti sediakala. Maka yang terjadi jelas, burung bisa stres, macet bahkan bisa menjadi burung yanhg rusak. Sekali lagi, perawatan pasca ngurak memang membutuhkan penanganan khusus dan lebih serius.

Trend Suara Master

Memaster tidak hanya sekedar memilih burung master yang memiliki suara bagus dan indah, tapi harus disesuaikan dengan nada, lagu dan frekuensi burung yang akan diisi suaranya. Hal ini supaya burung yang dimaster mudah menangkap nada suara, irama, lagu yang dibawakan burung master.

Seperti misal memaster kenari biasanya menggunakan burung master blackthroat karena suara blackthroat diyakini memiliki lagu selaras dengan irama dan suara kenari. Atau dengan master ciblek yang memiliki frekuensi suara nyaris sama tingginya dengan suara kenari.
Beberapa perawat menganjurkan agar para kicau mania memaster yang disesuaikan dengan trend suara burung master saat ini. Hampir semua mengacu pada hasil akhir burung yang dimaster. Misalkan variasi lagu dengan tembakan merupakan syarat mutlak yang harus ada karena lagu yang disertai tembakan sebagai suara yang paling menonjol.

Selain tembakan, agar burung bisa tampil lebih istimewa maka perlu ditambahkan variasi speed (kecepatan mambawakan lagu dengan tidak terputus-putus). Speed rapat lebih diutamakan pada suara burung yang dimaster untuk menjaga rajinnya burung bernyanyi (nggacor).

Nah, sebagai variasi akhir sebaiknya diusahakan memaster dari jenis burung yang memiliki irama mengayun, mendayu dan meliuk-liuk. Kalau burung sudah menampilkan kelengkapan variasi seperti tersebut, maka baru bisa dikatakan burung yang telah dimaster itu mampu membawakan lagu secara ngerol (silih berganti lagu tidak mengulang dengan cepat, melantun indah dengan sekat tembakan. (Agrobur)

Cara Mudah Memaster Burung

Memaster burung sebenernya gampang-gampang susah,ada yang dengan menggunakan kaset ataupun menempatkan burung master dalam satu kandang dengan yang dimaster. Bagi penggemar burung kicauan yang cukup gaek, ternyata memaster burung punya kiat tersendiri agar burung, efektif meniru burung master. Caranya dalam penempatan sebisa mungkin dibuat nyaman atau enak, sehingga burung dapat cepat menirukan si master. Sedangkan posisi sang master kudu diatasnya burung yang akan dimaster dan jaraknya jangan terlalu dekat, pokoknya jarak pe master dan yang dimaster tidak kelihatan. Karena bila mereka saling melihat, dapat mnyebabkan stress atau down pada salah satu burung bahkan kadang kala dapat menjadi ganas.

Walaupun nantinya penempatan tetap model atas - bawah lebih dianjurkan jika bisa menyamping dan jaraknya agak jauh. Dilakukan saat burung dalam keadaan istirahat didalam rumah, karena saat istirahat itulah ia punya waktu lebih lama untuk menirukan suara masternya. Dikerodong bisa dilakukan jika kedua burung tersebut masih saling terlihat, yang penting sih keseharian dirumah. Untuk burung yang dimaster jika jenisnya lebih kecil maka memang sangat diharuskan untuk menempatkan sang master tak terlihat. Karena dapat menyebabkan shock bagi burung yang dimaster, apalagi sejenis Fighter seperti cendet dan kacer seringkali malah jadi macet.

Untuk beberapa burung yang akan dimaster sebenernya sama aja, cuma antara burung yang dimaster satu sama lain diberi sekat, sebab jika mereka saling terlihat biasanya hasilnya tidak optimal bahkan sering sang burung malah ganas. Akibatnya yang pasti burung yang dimaster tadi tidak lagi rajin berkicau alias lagu yang diharapkan tidak keluar. (sobatkental.com)

Mendidik Maskot Ocehan

Seperti atlet yang hendak diterjunkan ke arena lomba, burung ocehan pun perlu mendapatkan ‘diklat’ yang memadai. Kalau tidak, jangankan menyabet gelar juara, tidak memalukan pun sudah untung. Banyak cara yang dapat dilakukan. Pendidikan privat misalnya. Ini bila kita hanya memiliki satu jenis maskot dan satu master. Tingkat keberhasilan cara ini bisa 100 persen. Artinya, semua suara burung master dapat ditirukan oleh burung maskot.

Kelemahannya, karena hanya menggunakan satu master, variasi suaranya sangat minim. Cara ini hanya bagus diterapkan untuk jenis ocehan yang tidak perlu dididik dengan banyak master.

Lain dengan pendidikan ‘sistem kelas’. Satu burung master mendidik beberapa calon maskot. Agar suara maskot yang sedang dididik tidak ditiru yang lain, umur maskot harus sama. Burung master diletakkan pada posisi agar semua maskot dapat mendengar.

Bisa juga satu burung maskot dididik oleh beberapa master sesuai kebutuhan. Posisi maskot harus di tengah semua master, sehingga semua kicauan burung master dapat didengar dengan jelas. Bila maskot tidak merasa takut, tak perlu ada penyekat atau penghalang. Cara ini sekaligus untuk melatih mental. Kalau tidak biasa melihat burung lain, nanti pada saat lomba akan down mentalnya, dan mogok bersuara.

Setelah maskot dapat menirukan semua suara master, langkah berikutnya tentulah menjaga agar suara-suara tadi tidak hilang. Caranya, master tetap dipiara meski tak selalu didekatkan. Yang penting suaranya tetap bisa didengar sang maskot. Karena itu jika membeli burung didikan yang sudah jadi, sebaiknya dibeli juga masternya. Maksudnya, bila maskot mengalami stres, putus atau ngurak, pengisian suara bisa diulang hingga yang bersangkutan gacor lagi.
Read more > Tips memaster burung
 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo