Sunday, April 14, 2013

Prospek investasi pohon jabon

Kebutuhan akan kayu industri tiap tahun semakin meningkat. Peningkatan ini dipicu oleh menurunnya pasokan kayu dari hasil hutan alam. Salah satu cara untuk memenuhi tingginya permintaan kayu adalah dengan budi daya tanaman kayu. Selama ini, tanaman penghasil kayu dikenal sebagai tanaman yang pertumbuhannya lambat. Padahal, jika dalam hitungan agribisnis, perputaran modal yang cepat akan semakin memicu tingginya nilai investasi. Untuk itu, perlu dicari jenis tanaman penghasil kayu yang memiliki pertumbuhan cepat. Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu komoditi penghasil kayu ungulan karena dalam jangka waktu 5 tahun, diameter kayunya sudah mencapai 30 - 40 cm. Selain itu, kualitas kayunya juga relative bagus. Jabon bisa dipanen dalam dua tahap, yaitu tahun ketiga dengan diameter kayu 20 - 25 cm, biasanya disebut dengan penjarangan dan panen raya pada umur 5 tahun.
Salah satu pemanfaatan kayu jabon adalah sebagai bahan baku industri kayu. Kayu jabon bisa digunakan untuk kayu pertukangan, peti buah, cetakan beton, mainan anak-anak, kelom, pulp, dan korek api.. Untuk kayu pertukangan, kayu jabon lebih cocok untuk elemen konstruksi ringan, seperti rusuk pada atap dan daun jendela, karena kepadatan kayunya rendah (0,42 g/cm3). Bobot jenis kayu jabon berkisar 0,42 dengan kandungan selulosa yang tinggi, 52,40%. Dengan bobot jenis yang rendah ini, kayu jabon akan menghasilkan pulp dalam jumlah banyak. Kayu jabon juga kerap dimanfaatkan untuk plywood (kayu lapis), laminated board,block board (papan blok), fiber block (papan serat), dan particle board (papan partikel).

Panen jabon dilakukan dua kali, yaitu penjarangan pada umur 3 tahun dan panen raya pada umur 5 tahun. Pada umur 3 tahun, diharapkan pohon-pohon jabon telah tumbuh dengan diameter minimum 25 cm, sehingga kayu hasil tebang penjarangan telah memiliki nilai ekonomi.  Penjarangan diperlukan untuk penanaman dengan jarak tanam awal 3 x 2 m dan 3 x 3 m untuk memberikan pertumbuhan yang optimum pada pohon-pohon yang memiliki morfologi yang diunggulkan. Penjarangan umumnya dilakukan pada pohon-pohon yang pertumbuhannya kurang baik (tinggi kurang dari 2/3 rata-rata pohon-pohon yang ada), pohon-pohon yang terserang hama dan penyakit. Penjarangan harus segera dilaksanakan jika tajuk pohon jabon telah besentuhan terlalu dalam antara satu pohon dengan pohon lain di sekitarnya.  Menunda penjarangan saat tajuk pohon telah saling menumpuk akan menghambat pertumbuhan diameter pohon jabon.  Penjarangan ini dilakukan pada 50% dari tegakan yang ada.
Panen raya yang hasil kayunya ditujukan untuk produksi bahan baku pulp dan bahan baku korek api dapat dilakukan pada umur 5 tahun dengan diameter 30 - 40 cm dengan volume tebangan akhir mencapai 350 m3/ha/tahun. Namun, jika kayu akan digunakan untuk kayu pertukangan, pohon jabon dipanen pada umur 10 tahun, tergantung pada kondisi tanah dan diameter pohon yaitu 50 cm.
Pohon jabon memiliki kemampuan copice (setelah ditebang akan tumbuh tunas baru) yang tinggi sehingga sekali menanam dapat dipanen 2 - 3 kali. Setelah panen pertama, beberapa minggu kemudian, pada tunggak akan muncul beberapa tunas baru. Tunas-tunas ini jika dibiarkan selama 1 tahun akan diperoleh tunas-tunas yang tumbuh lurus ke atas. Setelah berumur satu tahun, dipilih satu tunas yang terbaik untuk dipelihara menjadi pohon kembali yang dapat dipanen pada umur 4 - 5 tahun. Setelah pohon yang berasal dari tunas ini ditebang maka tunas-tunas yang dihasilkan dapat dipelihara dan dipanen seperti tunas pertama.

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo