Sepenggal cerita diatas memberikan petunjuk kepada kita bahwa sebutan F1,F2 pada kenari terdapat pemahaman yang berbeda-beda. Sebenarnya, buat saya pribadi tidak penting apakah itu F1, F2 atau bahkan F3….toh yang yang paling penting adalah ferporma burung itu dan yang lebih penting lagi tahu asal muasal indukannya. Tetapi persoalannya tidak cukup sampai disitu, buktinya kerap kita mendengar banyaknya keluhan terutama saat terjadi transaksi. Ini bukan soal benar dan salah, menurut hemat saya ketidak sepahaman ini lebih terletak pada alur tekhnik persilangannya. Misalnya, apakah F2 itu merupakan hasil persilangan F1 vs F1 ataukah hasil persilangan F1 vs salah satu Induknya ? Akibat adanya perbedaan alur itulah berdampak pada ketidaksepahaman dalam hal istilah yang ujung-ujungnya akan menimbulkan huru-hara…he he he….emangnya demo ?
Baiklah supaya lebih jelas akan saya beri sebuah contoh kasus :
Pemilik kios di Pasar Induk Gede Bage Bandung melakukan transaksi ke pengepul di jawa Tengah via SMS. Bunyi SMSnya begini, “Tolong kirim gedang 5 ton ya, nanti uangnya saya transfer”. Dua hari kemudian kiriman barangpun tiba, tapi alangkah terkejutnya pemilik kios di Bandung karena ternyata yang dikirim bukannya Pepaya melainkan Pisang. Tidak ada yang salah dalam kasus ini kecuali adanya ketidaksepahaman dalam hal istilah. Yang dimaksud gedang adalah pepaya menurut bahasa Sunda, sedangkan Gedang dalam bahasa jawa adalah pisang. Bukan tidak mungkin bahkan sering terjadi pada transaksi burung kenari bergelar F1, F2 atau F3 dan seterusnya menimbulkan kesalahpahaman yang ujung-ujungnya menimbulkan kekecewaan. Lebih sadis lagi jika si penjual itu disebut penipu…..gawat kan ?
Bagaimana cara mensikapi fenomena ini, spelekah ? May be !
Jujur, saya sangat setuju jika istilah F1, F2, F3 yang sebenarnya huruf F itu terambil dari kata Filial dan bukan Formula , nyata-nyata telah menimbulkan polemik, lebih baik diganti dengan bahasa nasional, misalnya A1,A2, A3 dan seterusnya lalu dirumuskan dan disepakati bersama.
Semudah itukah mengganti F (Filial) menjadi A (Anak) ? Tentu tidak mudah, pasti akan mengundang pro dan kontra, sebab pokok permasalahannya bukanlah di huruf-huruf itu, melainkan menyeragamkan pemahaman.
Well… jika memang keukeuh tetap menggunakan huruf F maka supaya tidak menimbulkan polemik berkepanjangan seharusnya dikembalikan kepada
Teori Genetika.
Yuk kita ingat-ingat kembali pelajaran Genetika.
Gregor Mendel , Bapak Genetika
Asal muasal ilmu genetika modern dimulai di kebun sebuah biara, dimana seorang biarawan Gregor Mendel mencatat sebuah mekanisme penurunan sifat. Dalam bukunya yg berjudul Theory of Particulate Inheritance, menerangkan adanya faktor keturunan (sekarang disebut Gen) yang secara kekal diwariskan dari induk kepada keturunannya melalui hukum pemisahan. Objek penelitian yang diplih Mendel adalah
Kacang Kapri (Pisum sativum) dengan alasan :
- Periode reproduksinya singkat
- Penyerbukannya dengan mudah dapat bantu oleh peneliti.
- Memiliki banyak variasi
- Biji bulat VS biji keriput
- Biji warna kuning VS warna hijau
- Bunga warna ungu VS warna putih
- Buah mulus VS buah berlekuk
- Batang Panjang dan Batang Pendek
- Periode produksinya cepat, usia 6 bulan sudah produksi dan berikutnya hanya 45 hari
- Variasinya banyak baik dari warna maupu ukurannya.
Gen sebagai faktor keturunan terletak pada kromosom, ini selalu berpasangan / diploid. Setengah pasang (haploid) sumbangan dari jantan yang dibawa oleh sperma dan setengah pasang lainnya sumbangan dari induk betina yang dibawa oleh sel telur. Pada manusia misalnya, memiliki 46 kromosom (23 pasang) dimana setengah pasangnya (23 buah) berasal dari ayah dan setengah pasang (23buah) berasal dari ibu. Dari 23 pasang itu, satu pasangnya diantaranya adalah kromosom kelamin, sedangkan 22 pasangnya adalah kromosom tubuh (autosom). Sehingga pada seorang pria terdapat kromosom 22A + XY sedangkan wanita 22A + XX
(Hukum Mendel I)
Disebut juga hukum segregasi adalah kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet dari diploid (berpasangan ) menjadi haploid.
Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah perkawinan dengan memperhatikan satu karakter (satu sifat beda), misalnya warna bunga. Dalam hal ini Mendel menyilangkan Kacang kapri berbunga ungu dengan kacang kapri berbunga putih. Untuk memudahkan dalam proses penelitiannya Mendel menggunakan simbol tertentu berupa huruf ganda. Huruf besar untuk sifat dominan, huruf kecil untuk resesif.
Dari persilangan antara Induk (P= parental) bunga ungu dan induk bunga putih tersebut Mendel mendapatkan bahwa semua keturunannya (F1) 100% berwarna ungu. Penasaran dengan hasilnya itu Mendelpun melakukan percobaan berikutnya yaitu dengan cara menyilangkan sesama F1 (inbreeding) dan hasilnya adalah bunga ungu (75%) : bunga putih (25%). Dari 2 percobaan ini, Mendel menyimpulkan bahwa tumbuhan Kacang kapri berbunga ungu dominan terhadap Kacang Kapri berbunga putih.
Inilah bagannya :
Dari persilangan ini menghasilkan keturunan F1 yang penampilannya (fenotif) berbunga ungu dengan genotif Uu (heterozigot) bersifat carrier. Artinya, meskipun terlihat ungu tetapi mengandungi warna putih yang resesif. Warna Ungu mendominasi warna putih sehingga warna putih tidak muncul. Ingat bahwa huruf /alel U (besar) untuk warna ungu untuk menunjukkan dominan dan alel u (u kecil ) untuk menunjukkan warna putih bersifat resesif.
selanjutnya Mendel menyilangkan F1 vs F1
Pada persilangan antara F1 vs F1 (ungu carrier vs ungu carrier) menghasilkan F2 :
UU : Ungu ( homozigot /murni ) sebanyak 25%
Uu : Ungu (heterozigot /carrier) sebanyak 50%
uu : putih (homozigot /murni) sebanyak 25 %
Sehingga yang nampak ungu sebanyak 75% dan putih 25%
Pada persilangan berikutnya yaitu F2 vs F2 menghasilkan F3. Naaaah silahkan anda buat bagannya, kira-kira bagaimana kemungkinan peluang muncul generasi berikutnya.
Mendelpun melakukan persilangan monohibrid untuk karakter-karakter lainnya.
Misalnya :
- Tumbuhan Kacang kapri berbatang tinggi vs Kacang Kapri berbatang pendek (TT vs tt)
- Tumbuhan kacang kapri berbuah berbiji bulat vs berbiji kerikput (BB vs bb )
- dll
- Tanaman tinggi berbunga ungu vs Tanaman rendah berbunga putih. (TTUU x ttuu)
- Tanaman tinggi berbiji bulat vs Tanaman rendah berbiji keriput (TTBB vs ttkk )
Apakah teori ini bisa diaplikasikan pada burung Kenari….oooooh tentu saja. Bukan saja pada kenari tetapi untuk semua mahluk hidup. Jadi istilah F1, F2… berlaku juga untuk sapi, kambing etc.
0 comments:
Post a Comment