Menangkar Murai Batu itu susah-susah gampang. Begitu kata sebagian orang. Ada benarnya juga pernyataan itu. Kadang, hanya dimulai dengan sekedar iseng dan cuma coba-coba saja, malah jadi. Sementara ada yang sejak awal sudah sangat serius melakukannya, malah tidak sukses-sukses juga. Relatif.
Yang jelas, mau sekedar coba-coba atau sangat serius saat memulainya, bagi saya, menangkar Murai Batu itu tetap butuh yang namanya kesungguhan hati, kesabaran dan daya tahan terhadap ujian. Sebab, yang penting itu ternyata bukan saat memulainya, tetapi justru ketika penangkaran itu sudah berjalan. Inilah masa kritisnya; saat kita kerap diuji dengan beragam masalah dan kendala di penangkaran kita. Ujian itu banyak bentuknya; calon pasangan susah berjodoh, pasangan sudah jodoh tapi tak kunjung bertelur, betina bertelur tapi tak mau mengerami, betina mau mengerami tapi telur tak menetas, giliran telur menetas tapi anakan mati di sarang atau dibuang, indukan mati, kandang dibobol dan indukan raib digondol maling, dan masih banyak lagi masalah lainnya. Nah, saat-saat kritis seperti itulah ujiannya: apakah kita bisa sabar menghadapinya, atau memilih menyerah.
Meski belajar menangkar baru seumur jagung, termasuk kandang dibobol dan indukan dicolong maling.
Hampir saja putus asa dan menyerah menghadapi ujian ini. Bagaimana tidak, sehari menjelang malam lebaran kemarin, 3 pasang indukan ludes diembat pencuri. Padahal, selama tujuh bulan menangkar, ketiga pasang indukan itu sudah memproduksi 16 anakan. Dan saat dicuri, 2 pasang indukan sedang mengerami 6 butir telur. Getir.
Intinya jangan pernah menyerah untuk mencaoba.
http://www.pecintamuraibatu.com/?p=98#more-98
Sunday, February 3, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment