Monday, January 14, 2013

Murai betina susah mengeluarkan telur

Dalam penangkaran Murai Batu  terkadang dijumpai kasus di mana induk betina mengalami kesulitan dalam mengeluarkan telur. Gejalanya antara lain burung terlihat tersengal-sengal (sesak nafas), pembengkakan pada anus, dan susah buang kotoran. Gejala ikutannya antara lain sering duduk di bawah, sayap sering turun , dan sebagainya. Gangguan kesehatan inilah yang disebut sebagai egg binding.
Pada dasarnya betina MB kalau dalam kondisi mau bertelur memang sering di jumpai dalam kondisi nafas tersengal – sengal, dapat di lihat pada ekor yang naik turun sengal mengikuti alunan nafas, untuk normalnya keadaan ini sering di jumpai pada pagi hari sebelum si betina mengeluarkan telurnya, akan tetapi setelah si betina masuk ke dalam sangkar dan tak lama kemudian keluar dari sarang dalam kondisi yang jauh kelihatan lebih sehat tidak tersengal-sengal nafasnya itulah yang di harapkan semua peternak MB pada umumnya, Namun apabila yang terjadi sebaliknya burung dalam kondisi seperti di atas berlanjut lama dan sampai-sampai tidak bisa terbang ke sarangnya dan semakin terlihat tidak sehat, kadang sampai terjadi kelumpuhan inilah yang menjadi momok para penangkar burung MB.
 
Gejala egg binding yang perlu diamati
Disebut sebagai momok bagi para penangkar burung, karena egg binding bukan saja sering menggagalkan keinginan mereka untuk memperoleh anakan yang akan dipelihara dan dijual. Bahkan, tidak sedikit induk yang mati akibat telur yang tak mau keluar juga.
Berikut ini beberapa gejala klinis yang dialami burung penderita egg binding dan sering luput dari pengamatan kita:
1. Burung terlihat tersengal-sengal atau sesak nafas
Banyak induk burung betina yang mengalami egg binding memperlihatkan gejala seperti ini. Ia akan kesulitan bernafas, atau nafasnya terlihat      lebih cepat, bahkan mengalami sesak nafas.
2. Pembengkakan pada kloaka burung
Telur yang tidak bisa dikeluarkan bisa terlihat dari perutnya yang sedikit membuncit. Bahkan bagian kloaka (anus) membengkak akibat dari upaya burung yang memaksa mengeluarkan telur yang macet tersebut.
3. Susah buang feces (kotoran)
Jika Anda menduga ada induk betina yang mengalam egg binding, coba perhatikan sewaktu mereka membuang kotorannya, apakah ada kesulitan (seperti mengejan / ngeden), atau sama sekali tidak bisa membuang kotorannya.
4. Bulu yang mengembang
Salah satu ciri umum dari burung yang terkena masalah adalah sering mengembangkan bulu-bulunya. Meski bukan gejala klinis, Anda perlu mewaspadainya sebagai tengara awal untuk memastikan apakah burung mengalami egg binding (tetap harus dicek dengan gejala klinis lainnya).
5. Sayap yang terlihat turun
Gejala ini umumnya dijumpai pada burung kenari ketika mengalami gangguan kesehatan. Ini juga bukan gejala klinis egg binding, tetapi cukup dijadikan tengara awal saja, agar Anda bisa menyiapkan tindakan secepat mungkin.
6. Kehilangan nafsu makan dan depresi
Burung yang mengalami egg binding biasanya akan kehilangan nafsu makan dan mengalami depresi tinggi. Akibatnya, burung sering terlihat murung dan tidak menyentuh makanannya.
7. Burung terlihat tegang dan gemetaran
Burung seringkali terlihat tegang dan gemetaran, karena berusaha mengeluarkan telur yang macet tersebut. ini salah satu tanda bahwa burung tidak bisa mengeluarkan telurnya.
8. Sering duduk di bawah
Sebagian besar burung yang mengalami egg binding akan duduk di dasar kandang, tidak mau berdiri di tangkringan.
          

Pertolongan pertama terhadap burung penderita egg binding:
Burung segera diisolasi ke tempat tenang dan hangat. Pasang lampu pijar di kandang isolasi sebagai penghangat, agar burung lebih    tenang dan bisa konsentrasi sewaktu mencoba mengeluarkan telurnya kembali.
Berikan tambahan kalsium (Ca), serta vitamin A, D dan E dan selenium untuk membantu sistem kerja otot burung dalam proses pengeluaran telur yang macet.
Oleskan minyak sayur di area sekitar kloaka burung.
Berikan terapi pemijatan secara pelan-pelan dan hati-hati, karena risikonya telur bisa pecah di dalam. Jika itu terjadi, kemungkinan burung untuk bertahan hidup sangat kecil.
Faktor utama penyebab egg binding adalah asupan gizi yang kurang dan tak seimbang. Dalam konteks ini, induk betina jelas mengalami kekurangan kalsium. Lho, bukankah egg binding itu terjadi akibat kerabang telur yang terlalu keras sehingga sulit dikeluarkan?
Maaf, pandangan itu sangat keliru. Egg binding justru terjadi akibat lembeknya kerabang telur sehingga menjadi lengket dan menempel pada dinding-dinding saluran reproduksinya. Hal ini bisa karena kekurangan kalsium secara langsung.
Bisa juga kebutuhan kalsium sudah tercukupi, tetapi minim vitamin D3 yang khusus menyerap kalsium. Karena kerabang telurnya lembek dan lengket, maka burung betina pun tidak mampu mengeluarkan telur meski sudah mengejan berkali-kali.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, pastikan induk betina mengalami kecukupan kalsium dan vitamin D3. Mineral Ca banyak dijumpai di toko unggas, tetapi bagaimana mencari vitamin D3?
Pada dasarnya semua unggas memerlukan Asinan untuk memenuhi kebutuhan Kalsium, untuk itu di dalam Penangkaran perlu kita berikan media yang mengandung kalsium agar terpenuhi kebutuhan kalsium si betina MB dalam pembentukan cangkang telur.

0 comments:

Post a Comment

 
 
Copyright © seputar dunia burung
Blogger Theme by Blogger Designed and Optimized by Tipseo